
Sreseh jauh juga. Butuh 2,5 jam naik motor untuk tiba di sana dari Kota Bangkalan. Untung Si Meggy, megapro kesayangan, masih jos buat diajak touring santuy sambil boncengan.
Secara administratif, Kecamatan Sreseh masuk wilayah Kabupaten Sampang, tapi daratannya tersambung dengan Kecamatan Modung di Bangkalan. Orang sampang sendiri yang ingin ke Sreseh harus lewat Pasar Blega.
Saya ke sana bareng seorang kawan Syahril, untuk takziyah ke rumah Fauzi yang ayahnya meninggal dunia. Kami bertiga bersama mengelola situs berita online penanews.id.
Menurut google maps, dari kantor Kecamatan Sreseh, rumah Fauzi masih 2,9 kilometer lagi di Desa Taman. Setelah melewati pesawahan yang luas dengan meliuk, termasuk melintasi tengah-tengah kompleks satu pesantren, kami sampai ke rumah duka di Dusun Pocok.
Dusun ini sepi karena itu terasa tenang. Konon, Penduduknya tak lebih 200 kepala keluarga, itu pun sebagian besar mengadu nasib ke Jakarta. Biasanya mereka pulang saat lebaran atau pada momen pemilihan kepala desa Taman.
Gara-gara sinyal hape lenyap total saat di rumah duka, saya jadi mendengar tentang program internet desa yang digagas Bupati Sampang Haji Idi.
Fauzi meminta saya mengakses wifi bernama internet desa. Sekali klik langsung tersambung tanpa pasword. Agak lemot sih, tapi cukuplah untuk berkabar ke keluarga bahwa saya telah sampai ke tujuan. Internet baru kencang ke atas jam 10 malam.
Kata seorang anak muda, internet desa itu telah ada sejak 3 tahun lalu, di awal-awal Haji Idi jadi bupati. Tiap desa mendapat jatah dua tower pemancar. Desa Taman agak spesial mendapat tiga pemancar internet.
Satu tower dipasang khusus di Dusun Pocok. Sebab Dusun ini secara geografis berada di dataran tinggi, sehingga fungsi tower itu sebagai penyambung jaringan ke pemancar di tempat lain.
Di Madura, saya kira baru Sampang yang memiliki program keren ini….
EMbe