
Penanews.id, JAKARTA – Nobel Perdamaian untuk kategori Jurnalisme tahun 2021 diberikan kepada dua wartawan: Maria Ressa dari Filipina dan Dmitri A. Muratov dari Russia.
Keduanya adalah pendiri dan pemimpin redaksi di negaranya masing-masing.
Maria Ressa adalah pemimpin redaksi media Rappler. Pada 2018, Ijin media ini dicabut oleh otoritas di Filipina.
Ketika Presiden Duterte melancarkan “perang melawan narkoba”, Rappler dengan berani membuka kebobrokan agenda ini.
Perang ini memakan kira-kira 30,000 nyawa dan korban-korbannya adalah rakyat kecil yang tidak bisa membela diri.
Sementara Dmitri A. Muratov adalah pemimpin Redaksi Novaya Gazeta, sebuah media investigatif di Russia. Media ini didirikan Presiden terakhir Uni Sovyet Mikhail Gorbachev.
Uang pendiriannya berasal dari sebagian hadial Nobel Perdamaian yang diterima Gorbachev pada tahun 1990.
Sejak didirikan, enam jurnalis Novaya Gazeta telah terbunuh. Semua ini berkaitan dengan laporan yang mereka tulis. Tidak terhitung ancaman, pelecehan, dan intimidasi yang mereka terima.
Namun media ini tetap berusaha tegak memberitakan apa yang harus diberitakan dan membuat penguasa bertanggungjawab atas apa yang mereka lakukan.
Anugerah untuk kedua jurnalis ini layak disebut sebagai anugerah kepada jurnalisme itu sendiri. Kita tahu bahwa dalam jaman sekarang ini sangat sulit menjadi jurnalis.
Ada banyak orang yang berprofesi sebagai “wartawan” namun tidak semua wartawan mengerti jurnalisme dan mampu menghidupi profesinya dalam standar sebagai jurnalis. (*)