Penanews.id, JAKARTA – Konflik Ukraina dan Rusia kian memanas. Rusia kabarnya telah mengirimkan 130 ribu pasukan ke perbatasan.
Ukraina tak mau kalah, meski di atas kertas kalah peralatan, banyak warga Ukraina yang mendaftarkan diri untuk pasukan sukarela dan siap bertempur bila Rusia benar-benar menyerang.
Dilansir dari vice.com, Ketegangan dua negara berterangga ini di mulai 2013. Ketika Parlemen dan kelompok oposisi Ukraina pada tahun itu mengumumkan rencana bergabung lebih erat dengan Uni Eropa. Mayoritas warga juga ingin Ukraina menjadi anggota NATO.
Dua kemungkinan itu tidak disukai oleh Moskow, karena berarti Ukraina yang berstatus negara tetangga mereka, seakan dikendalikan Barat. Presiden Ukraina kala itu, Viktor Yanukovych yang pro-Rusia, berhasil digulingkan oleh kelompok oposisi melalui demonstrasi besar-besaran.
Pada 2014, hubungan Rusia dan Ukraina menegang. Pasukan Rusia lantas mencaplok wilayah Krimea, dengan alasan warga di sana mayoritas berdarah Rusia dan ingin lepas dari Ukraina.
Krimea diumumkan Moskow sebagai provinsi baru Federasi Rusia. Keputusan itu ditolak mayoritas negara di PBB, sebagai langkah yang melanggar hukum internasional.
Rusia pun mendapat berlapis sanksi dari Dewan Keamanan PBB akibat pencaplokan Krimea. Insiden Krimea tidak berlanjut jadi perang terbuka, karena ada perjanjian Minsk, yang mengatur gencatan senjata kedua negara.
Konflik Ukraina-Rusia, sejak 2014, diperparah kemunculan kelompok separatis di beberapa wilayah perbatasan, yang mengumumkan niat merdeka dari Ukraina. Kelompok separatis itu, menurut sumber intelijen, disokong penuh oleh Moskow.
Alhasil, meski tidak pernah resmi berperang, sering terjadi kontak senjata di berbagai titik perbatasan Rusia-Ukraina. Menurut laporan PBB, lebih dari 3.000 orang tewas akibat konflik di perbatasan Ukraina sejak Maret 2014 sampai sekarang.
Sejak akhir 2021, Ukraina kembali melakukan kerja sama dengan NATO. Hal itu dianggap Rusia sebagai bentuk provokasi, yang tidak menghormati perjanjian gencatan senjata Minsk. Selain itu, Moskow menuduh Ukraina menyiapkan pasukan untuk merebut wilayah Donbas, dekat Krimea.
Asumsi adanya serangan itulah yang membuat Rusia menyiagakan lebih dari 130 ribu personel militer di perbatasan, yang berujung pada kemungkinan invasi ke wilayah Ukraina.
EMbe