Penanews.id, BANGKALAN – Tiap bulan Robiul Awal tiba, muncul perdebatan antara mereka yang merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad dengan mereka yang menganggap bidah perayaan Maulidun Nabi.
Nabi Muhammad SAW lahir pada 12 Robiul Awal tahun 570 Masehi. Kalangan Ahlussunnah Waljamaah merayakan bulan kelahiran Nabi ini dengan acara adat dan budaya berupa pembacaan salawat Nabi.
Ada dua kitab yang menjadi rujukan. Pertama ada yang menggunakan maulid ad-Dziba’i karya Syaikh Abdurrahman ad-Dziba’. Kitab kedua adalah al-Barzanji karya Syaikh Ja’far Muhammad al-Barzanji.
Dikutip dari alif.id, KH. Bahauddin Nur Salim atau Gus Baha’ mengatakan isi kedua kitab ini hanyalah berisi sejarah kelahiran Nabi Muhammad.
Menurut Gus Baha’ salah satu faedah mempelajari sejarah nabi untuk membangkitkan kecintaan umat Islam terhadap Nabinya.
Gus Baha’ menceritakan, pada masa perebutan wilayah di Palestina yang dipimpin oleh Shalahuddin al-Ayyubi, umat Islam mengalami keterpurukan yang luar biasa dan kehilangan semangatnya.
Sementara tentara Romawi sudah menguasai seluruh sudut kota. Kemudian Shalahuddin al-Ayyubi tidak kehabisan cara untuk memompa semangat prajurit muslim yang mulai kendor.
Ia memulai dengan membacakan riwayat perjuangan Nabi Muhamad saw. Mulai dari nasabnya yang mulia hingga perjuangannya penuh dengan lika-liku; dicaci maki, diusir, namun dengan penuh kesabarannya akhirnya dakwah Islam tersebar hingga hari ini.
Sehingga pembacaan biografi dan sirah Nabi saw tersebut dapat mengembalikan spirit perjuangan tentara muslim di Palestina. Dalam kisah ini setidaknya Gus Baha’ membuat dua kritik, pertama ditujukan terhadap umat muslim di era sekarang yang membaca maulid hanya untuk seremonial saja tanpa mengetahui substansi dan pesan yang disampaikan dalam kitab maulid.
Apabila melihat kisah Shalahuddin al-Ayyubi di atas, betapa sangat berpengaruhnya pembacaan maulid sehingga bisa menumbuhkan spirit yang luar biasa, seharusnya hal demikian juga terjadi di era sekarang. Misalnya dengan pembacaan maulid dapat menggerakkan hati kita untuk lebih peka dengan keadaan sekarang dan dapat meningkatkan kualitas amal sosial kita.
Kedua kritik untuk kelompok yang masih denial dengan proses-proses pembaharuan. Kelompok yang biasa mengharamkan dan membid’ahkan ekspresi perayaan maulid. Sebenarnya kondisi masyarakat sekarang sudah acuh dengan sikap kelompok yang sering mengharamkan maulid namun pemahaman konservatif itu tidak lantas hilang.
Gus Baha’ menganggap mereka yang mudah membidahkan dan mengharamkan itu kurang bisa menggunakan logikanya dengan baik. Sebab dalam kitab maulid itu berisi sejarah dan biografi Nabi Muhammad saw lantas dimana letak keharamanya.
Misalnya dalam kitab Maulid ad-Dhiba ada kisah ketika Rasullah saw dilahir seluruh makhluk di langit dan di bumi menggema membaca tasbih.
Perlu kita yakini bahwa Nabi saw yang lahir puluhan abad lalu adalah Nabi saw yang benar-benar Nabi saw. Buktinya orientasi orang-orang dan makhluk membaca tasbih.
Selain itu bukti kebenaran Nabi saw adalah mengajak umatnya untuk menjalankan kebenaran dengan sholat dan sujud, sementara Nabi saw apakah memiliki kepentingan dengan sujud umatnya? ia sama sekali tidak mendapatkan apa apa. Ini menandakan orientasi Nabi saw bukan soal duniawi.
Lantas bagaimana mungkin membaca tarikh atau sejarah ini dihukumi bid’ah. Selain itu ada catatan penting yang perlu diketahui oleh umat muslim secara umum. Rata-rata dalam kitab maulid umumnya diceritakan terlebih dahulu nasab Nabi Muhammad saw yang masih tersambung dengan Nabi Ibrahim.
Menurut Gus Baha’ ketika Nabi Muhammad lahir dan berita ini sampai ke telinga orang-orang Yahudi dan Nasrani mereka tidak mempercayai bahwa Muhammad adalah seorang Nabi. Karena mereka menganggap kalau utusan tuhan pasti lahir di tanah suci dan keturunan Bani Israil sementara Nabi Muhammad saw dilahirkan di Makkah yang pada waktu itu dinilai sebagai negeri yang tertinggal karena masih jahiliyyah.
Kemudian orang Quraish berhasil membuktikan kalau Nabi Muhammad adalah keturunan Nabi Ibrahim dan menurut sejarah Nabi Ibrahim pernah tinggal di Makkah karena ada bukti makam (petilasan) Ibrahim ketika membangun Ka’bah bersama putranya Isma’il.
Lantas kemudian sebagian orang Yahudi mengamininya karena mereka menerima argumen seorang nabi harus dilahirkan dari keturunan nabi pula.
Nah kisah ini banyak tertuang dalam kitab-kitab maulid, jadi manfaat maulid adalah mengingat kembali perjuangan dakwah Nabi Muhammad saw untuk membangun semangat kita dalam menjalankan agama Allah swt. Wallahhu a’lam.
Sumber: alif.id