Penanews.id, BANGKALAN – Memasuki awal musim tanam padi November ini, para petani di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, terancam mengalami kelangkaan pupuk bersubsidi.
Potensi kelangkaan pupuk ini diutarakan Anggota Komisi D DPRD Bangkalan, Abdul Aziz.
Ada dua alasan yang membuat politikus PPP ini khawatir akan terjadinya kelangkaan pupuk. Pertama, dari sidak ke gudang pupuk penyangga Kecamatan Socah, Aziz mendapati stok pupuk bersubsidi seperti urea di sana kosong. Sementara jenis NPK Ponska hanya tersisa 400 ton.
Keduanya, karena dia mendapat data bahwa tahun ini Dinas Pertanian Jawa Timur mengurangi jatah pupuk bersubsidi untuk Bangkalan.
“Ini tidak hanya terjadi di Socah, tapi di hampir semua kecamatan,” Kata dia, Kamis, 3 November 2022.
Tahun lalu, jatah pupuk bersubsidi jenis urea untuk Bangkalan sebanyak 22 ribu ton. Tahun ini turun 4 ribu ton menjadi kurang lebih 15.600 ton.
Sementara pupuk NPK ponska dari semula 13 ribu ton, kini hanya dijatah 5.300 ton saja.
Menurut Aziz, khusus untuk ponska, mestinya Dinas Pertanian Jawa Timur, jangan sampai mengurangi lebih dari 50 persen.
Sebab, sejak pemerintah mencabut subsidi tiga jenis pupuk yaitu SP36, Organik dan ZA pada 2021. membuat banyak petani beralih ke pupuk subsidi khususnya ponska.
“Mestinya pemprov menambah jatah pupuk ponska, bukan malah mengurangi,” Kata dia.
Aziz menduga pengurangan jatah pupuk bersubsidi ini karena tahun lalu daya serap rendah. Menurut Aziz, daya serap rendah terjadi justru karena keterlambatan pengiriman dari pabrik pupuk PT Petrokimia Gresik.
“Apa yang terjadi tahun lalu tidak bisa dijadikan alasan, karena problemnya bukan di petani, tapi dari pabrik yang terlambat dalam pengiriman,” Ujar dia.
Sebab itu, Aziz berharap pemerintah Kabupaten Bangkalan segera mencari solusi agar pengurangan jatah pupuk dibatalkan.
Dia khawatir, jika masalah ini tak segera diatasi dan krisis pupuk terjadi, maka program swasembada yang dicanangkan pemerintah Bangkalan jauh dari kata terealisasi.
EMbe