Penanews.id, Samarinda- Anggota Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Bidang Hubungan Internasional (HI), Sahabat Muqaffi Ahmad menghadiri acara Sharing Session Pengurus Cabang (PC) PMII Kota Samarinda pada Selasa (19/01/22) di Kafe Kopi Jadi, Jalan Rumbia Kabupaten setempat.
Pemuda asal Kecamatan Geger, Bangkalan ini menuturkan dalam acara tersebut bahwa santri bukan hanya tentang seseorang yang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren (Ponpes). Namun menurutnya santri adalah semua yang belajar dan berkhidmat.
‘’Siapapun yang sudah dibaiat di PMII, maka sudah pasti dikatakan sebagai santri. Karena amaliyah yang dijalankan oleh santri juga dijalankan di PMII’’ Ucap Cak Muqaffi Sapaan akrabnya.
Dalam acara yang mengangkat tema Santri Mendunia? Siapa Takut, Cak Muqaffi yang menyelesaikan pendidikan sarjana di International University of Africa, menyampaikan sahabat PMII harus tuntas dengan Keikhlasan semata-mata untuk khidmat di NU, Islam, Bangsa , dan Negara melalui PMII.
Cak Muqaffi juga mengingatkan untuk merefleksikan kembali tujuan ber-PMII sebelum melangkah kepada kemajuan.
“Sehingga kita di PMII bergerak atas nama keumatan dan mampu berperan sebagai problem solver. Dengan demikianlah maka terwujud santri yang merupakan generasi emas,” ujar mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Sunan (UIN) Sunan Ampel Surabaya tersebut.
Adapun potret santri mendunia di era society 5.0, menurutnya, santri harus mampu bergerak berdampingan dengan teknologi yang sarat akan karakteristik humanisnya. Namun perlu dibarengi dengan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan ditunjang Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah di Indonesia tentu memiliki tantangan tersendiri agar mampu berimbang antara SDM dan SDA.
“Dengan modal itu Kader-kader PMII yang merupakan santri pergerakan tidak hanya menyaksikan tapi mampu berperan turut andil dalam kesuksesan membangun peradaban,” jelas alumni Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep, Madura.
Cak Muqaffi pada akhir penyampaiannya menyampaikan untuk menjadi santri mendunia yang kaffah harus tuntas pada empat hal; kemampuan bahasa, analisa global, dan melek digital.
“Pertama skill bahasa, yang merupakan alat komunikasi untuk mampu membangun jaringan dari berbagai negara dengan penguasaan bahasa internasional. Kedua analisa global, sehingga terbitlah pribadi yang adaptif, kreatif,, inovatif, problem solver. Ketiga melek digital, dan keempat berkolaborasi,” pungkasnya.
Abdi