Penanews.id, Bangkalan- Amalia Husna Nadia Putri Yuza adalah seorang siswi di SDN Blega 03, Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Nadia panggilannya tercatat sebagai penerima bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) dari Kementerian Sosial (Kemensos) RI. Nominal yang diterima dari PIP sebesar Rp 450 ribu.
Bocah yang kini duduk di bangku kelas 4 SD itu tak mau menggunakan uang tersebut. Didampingi orang tuanya, Nadia malah menyerahkan bantuan tersebut kepada Fatihur Rizal Azza, kakak kelasnya yang berstatus yatim.
Wali Murid dari Nadia, Moh Wahyu mengatakan, pihaknya sebagai orang tua bukan merasa mampu bahkan kaya raya. Akan tetapi, sambung dia, masih banyak yang lebih layak untuk menerima program tersebut.
“Insyaallah kami bukan yang layak sebagai penerima, masih banyak yang layak,
ada anak tidak mampu dan anak yatim,” kata dia Kepada Penanews.id. Rabu, 19 Januari 2021.
Wahyu mengaku malu ketika anaknya tercatat sebagai penerima meski baru pertama kali. Sebab, sambung dia, masih banyak anak tidak mampu yang lebih berhak menerima program PIP.
“Demi Allah ini dari hati nurani saya, biar jadi perhatian dan pelajaran bagi yang lain,” ujar dia.
Wahyu berharap, kedepan data penerima PIP, khususnya untuk putrinya bisa dirubah dan dialihkan terhadap yang benar berhak sebagai penerima.
“Data base ini segera diperbaiki, masih banyak yang berhak,” pintanya.
Kepala Sekolah SDN Blega 03, Abd. Rosyid mengapresiasi langkah dari keluarga Nadia. Meski anaknya tercatat sebagai penerima PIP, namun rela memberikan kepada anak yatim.
“Kalau iklas saya alhamdulillah. Saya salurkan kepada murid yang yatim atau tidak mampu,” ucap dia.
Menurut Rosyid, penerima PIP di SDN Blega 03 sebanyak 105 dari 355 siswa. Sementara ini, hanya dari keluarga Nadia yang mengalihkan bantuan PIP tersebut terhadap anak yatim di sekolahnya.
“Ternyata yang merasa mampu dan peduli hanya dari Bapak wahyu. Semisal ada lagi, ya kami siap membanntu menyalurkan,” kata dia.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Bangkalan, Bambang Budi Mustika, mengaku bersyukur ada orang tua siswa mengaku tidak layak sebagai menerima.
“Tadi disampaikan oleh orang tua siswa, mengaku tidak layak, bukan kaya, tapi tidak layak, saya bersyukur ada orang tua siswa sadar seperti ini,” ucap dia.
Bambang menyarankan jika ada wali murid merasa anaknya tidak berhak menerima PIP, lebih baik diberikan terhadap siswa lain yang tergolong tidak mampu dari pada dikembalikan terhadap kas negara.
“Terus terang penerima PIP ini pengambilannya secara acak, kebetulan yang kena acak ini. Jadi ini sebagai contoh bagi masyarakat Bangkalan, jika ada seperti ini untuk diberikan kepada yang berhak,” tutup dia.
Abdi