
Penanews.id, MALANG – Selain akibat gas air mata, faktor lain yang jadi penyebab ratusan penonton meninggal di Stadion Kanjuruhan Malang adalah tertutupnya beberapa pintu keluar.
Fakta ini diungkapkan langsung Kapolri Jenderal Lystio Sigit Prabowo saat mengumumkan para tersangka tragedi Kanjuruhan seperti dilansir radio suara surabaya.
Dalam aturan badan sepakbola dunia FIFA, pintu Stadion harus dijaga seorang steward alias penjaga pintu. Lima menit sebelum pertandingan usai, pintu-pintu Stadion harus sudah dibuka.
Dalam tragedi Kanjuruhan, ketika polisi menembakan gas airmata, security officer Suko Sutrisno, malah memerintahkan penjaga pintu untuk meninggalkan lokasi. Inilah yang kemudian membuat penonton berdesakan di pintu keluar dan akhirnya banyak yang terluka dan meninggal dunia.
“Karena ditinggal dalam kondisi pintu terbuka masih separuh dan ini yang menyebabkan penonton berdesak-desakan,” ujar Kapolri saat memberikan keterangan pers di Polresta Malang.
puncak Tragedi Kanjuruhan dimulai saat 11 personel polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun selatan sebanyak tujuh kali, tribun utara satu kali, dan ke lapangan tiga kali tembakan.
Kapolri menyebut tindakan itu yang mengakibatkan para penonton terutama yang berada di tribun menjadi panik, dan merasa matanya pedih sehingga kemudian berusaha untuk meninggalkan arena.
“Di satu sisi tembakan tersebut dilakukan dengan maksud untuk mencegah adanya penonton yang kemudian turun ke lapangan,” ujarnya.
Kapolri merinci kronologinya, setelah petugas menembakkan gas air mata, penonton berusaha untuk keluar khususnya di pintu atau gate 3, 11, 12, 13, 14. Namun mereka tidak bisa segera keluar karena pintu yang tertutup.
Padahal terdapat uran yang seharusnya lima menit sebelum pertandingan berakhir, pintu keluar harus dibuka. Namun saat itu, pintu tidak dibuka sepenuhnya hanya dibuka sekitar 1,5 meter saja dan para penjaga pintu tidak berada di tempat.
Berdasarkan Pasal 21 Regulasi Keselamatan dan Keamanan dari PSSI, menyebutkan bahwa steward harusnya sudah berada di tempat selama penonton belum meninggalkan stadion.
“Sehingga terjadi desakan yang menyebabka sumbatan di pintu-pintu tersebut hampir 20 menit. Dari situlah kemudian banyak muncul korban. korban yang mengalami patah tulang yang mengalami trauma di kepala, dan juga sebagian besar yang meninggal mengalami Asfiksia,” ujar Lystio.
EMbe