BANGKALAN- Puncak peringatan Harlah Nahdlatul Ulama (NU) ke- 99 berlangsung di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Pondok Pesantren (Ponpes) Syaikhona Kholil menjadi lokasi kegiatan terakhir momentum peringatan Harlah NU menjelang satu abad itu.
Pengasuh Ponpes Syaikhona Kholil yang diwakili oleh RKH Nasih Aschal mengatakan, tidak salah jika Harlah NU digelar di pondoknya.
Ponpes Syaikhona Kholil, lanjut Ra Nasih sapaan lekatnya, bediri pada tahun 1861. Artinya, lanjut dia, pesantren ini keberadaannya lebih dulu dari pada NU.
“Kita semua tentu akan mengatakan, bersepakat kalau NU lahir dari sang inspirator yaitu Syaikhona Kholil melalui isyaroh tongkat dan tasbih,” kata dia dihadapan pengurus PBNU dan tamu undangan.
Ra Nasih bilang, sangat tepat jika PBNU memilih lokasi puncak Harlah NU ke-99 di pesantrennya. Momentum ini, ujar dia, juga akan diiringi dengan terangkatnya sejarah NU di Madura.
“Oleh karena itu, secara khusus kami ucapkan terimakasih kepada ketua PBNU yang telah memilih pelaksanaan harlah di pesantren kami,” ujar dia.
Ra Nasih bilang pesantren yang ditempati harlah NU kali ini santrinya tidak hanya diajari tentang ilmu agama semata. Melalui karya Mbah Kholil, lanjut dia, pesantren ini juga mengajarkan banyak hal untuk kemaslahatan umat dan bangsa.
“Sedikit saya menyinggung kalau kita warga NU kental dengan Hubbul wathan minal iman, maka melalui penelusuran sejarah kita menemukan manuskrip Hubbul authan minal iman.
Ini bukti bukan hanya mbah kholil isyarah, bukan penentu saja, tetapi melalui syaikhona lahir pemikiran besar tentang keutuhan, toleransi. Kita bersepakat melalui bangkalan madura akan jaya kembali. Kami bersama durriah syaikhona, kami akan selalu mengatakan siap bersama NU untuk membumikan NU di madura,” tutup dia.
abdi