
Penanews.id, JAKARTA – Pandemi corona membuat pendapatan dan laba semua sektor usaha menurun, tak terkecuali bisnis pengelola rumah sakit. Empat emiten pengelola jaringan rumah sakit terbesar di Indonesia mengalami penurunan kinerja bahkan hingga merugi pada periode semester I tahun ini.
Seperti Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) yang mencatatkan penurunan pendapatan hingga 58,71% secara tahunan atau year on year (yoy) pada semester I 2020 menjadi Rp 215,67 miliar.
Perusahaan pengelola jaringan rumah sakit OMNI Hospitals ini pun harus menanggung rugi Rp 47,45 miliar, berkebalikan dari raihan laba sebesar Rp 4,84 miliar pada semester I tahun sebelumnya.
Senasib OMNI Hospitals, Siloam International Hospitals Tbk (SILO) juga mencatatkan kerugian pada periode enam bulan pertama tahun ini. Emiten pengelola jaringan rumah sakit Siloam Hospital Group ini mencatatkan rugi Rp 130,04 miliar.
Padahal setahun sebelumnya SILO masih membukukan laba Rp 4,89 miliar, dan kinerja positif tersebut berlanjut hingga kuartal I tahun ini dimana perusahaan membukukan keuntungan Rp 16,19 miliar atau naik 386,19% yoy dari Rp 3,33 miliar.
Salah satu faktor yang membuat anak usaha Lippo Karawaci ini merugi pada semester I ini lantaran turunnya penurunan jumlah pasien rawat inap menjadi 100.298 pasien, atau turun 18,2% yoy dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 122.572 pasien.
Sementara itu, pasien rawat jalan juga turun 18,7% yoy menjadi 1.066.161 pasien dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 1.310.856 pasien.
Analis CSA Institute, Reza Priyambada, menilai penurunan kinerja emiten kesehatan pada semester I 2020 lantaran adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah. Imbasnya masyarakat menjadi urung datang ke rumah sakit.
Reza menyebut, masyarakat lebih memilih memanfaatkan platform digital untuk sekedar berkonsultasi dengan dokter. “Jadi rumah sakit dituntut untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan layanan telemedicine-nya,” ujarnya kepada Katadata.co.id, Senin (24/8).
Reza menambahkan, rumah sakit harus lebih berinovasi dalam memberikan layanan kepada para konsumer. Dia mencontohkan rumah sakit bisa juga mengembangkan bisnis jasa penitipan anak. Menurutnya, layanan anak dan jasa layanan terkait lainnya masih memiliki ceruk pasar yang besar.
“Jadi bagaimana rumah sakit nanti memberikan pelayanan jasa penitipan anak-anak yang nyaman. Sehingga rumah sakit menjadi seperti mall yang menyenangkan,” ujarnya.
Reza merekomendasikan saham MIKA yang menurutnya akan prospektif pada semester II tahun ini. Dia beralasan kinerja MIKA yang masih positif pada semester I meskipun pendapatan dan labanya turun. Dia juga menilai MIKA sudah mulai berinovasi untuk meningkatkan kinerjanya pada semester II.
sumber: katadata.co.id