penanews.id, JAKARTA – Dalam bisnis, ada hukum alam yang terlarang untuk dilawan. Bahwa bisnis itu harus dimulai dari kecil, baru kemudian menjadi besar.
Ini diungkapkan Mochtar Riady, konglomerat Indonesia dari Grup Lippo, untuk menjelaskan bagaimana ia sukses mendirikan aplikasi pembayaran online OVO.
Salah satu bisnis Lippo adalah gerai Matahari Departement Store yang banyak hadir di Mall-mall. Ketika penjualan lesu karena banyak toko online, Lippo mengekspansi Matahari menjadi e-commerce Mataharimall.com.
Lewat mataharimall, lippo juga memperkenalkan aplkasi pembayaran online OVO. Yang belanja di Matahari, bisa bayar pakai OVO.
Ekspansi ini tak sukses, karena melanggar hukun alam bisnis itu. Ketika awal diluncurkan Mataharimall ditangani 300 orang teknisi, tapi tak mampu meningkatkan bisnis, mataharimall ditutup pada 2010. Tapi OVOnya tetap berjalan.
“Apakah mereka (MatahariMall.com) membuka toko di internet atau membangun pasar di internet. Ini mesti jelas. Baik dalam pembukaan toko maupun membangun pasar intinya adalah barang dagangan, bukan teknisinya,” ujar Mochtar Riadi, dikutip dari katadata.co.id.
“Berkaca dari pengalaman tersebut, Mochtar mengatakan bahwa pelaku bisnis perlu lebih berhati-hati dalam mengembangkan bisnisnya melalui perangkat digital.
Sebab, ia mengatakan bahwa teknologi hanya salah satu instrumen untuk menyampaikan informasi. Barang yang diperjualbelikan tetap hal paling utama.
“Ini adalah kegagalannya dari MatahariMall.com. Sehingga, pelajarannya adalah usaha itu selalu harus mulai dari kecil, pelan-pelan itu akan menjadi besar. Tidak bisa langsung jadi besar, terkecuali perusahaan-perusahaan pemerintah itu lain soal,” ujarnya.
Dari kegagalan MatahariMall.com itu, Lippo mengembangkan OVO dengan strategi yang berbeda. Lippo memulai dengan menentukan segmentasi bisnis yang jelas yakni menyasar kelas menengah ke atas (middle class to up).
Kemudian Lippo memanfaatkan infrastruktur milik Lippo yang memiliki 74 pusat perbelanjaan, 200 gerai Matahari, 170 lebih gerai Hypermart, serta rumah sakit.
Ia mencontohkan, cara menggaet konsumen menggunakan platform OVO dengan memberikan tawaran yang menarik seperti membayar parkir mal harga hanya Rp 1.
Selain itu, perusahaan juga menggaet para mitra penjual maupun usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk bergabung di ekosistemnya. Strategi pendekatan ini, menurutnya, ‘ampuh’ untuk merangkul para mitra penjual maupun konsumen.
“Sehingga, masyarakat pun tertarik untuk menjadi nasabah OVO,” kata Mochtar.
Hal itulah yang kini membuat platfrom pembayaran tersebut menyandang status unicorn dengan valuasi mencapai US$ 2,9 miliar dolar berdasarkan CB Insights.
SUMBER: KATADATA.CO.ID