
Penanews.id,BANGKALAN– Universitas Trunojoyo Madura (UTM) terus menunjukkan komitmennya dalam mencetak generasi muda tangguh, mandiri, dan berjiwa kemanusiaan.
Melalui kegiatan Sekolah Vertical Rescue Tingkat 1 bertema “Challenge the Height, Strengthen the Bone”, kampus negeri di ujung barat Madura itu melatih mahasiswa untuk siap menghadapi tantangan di medan ekstrem.
Baca Juga:
Kegiatan yang digelar hingga 10 Oktober 2025 ini dibuka secara resmi dan dihadiri sejumlah tokoh. Di antaranya Taufani Sagita (Pembina), Subhan Fajar Sidik (Dewan Perintis), Abraham Firmansyah (DP2O), perwakilan alumni MPA GHUBATRAS, dan organisasi kemahasiswaan KM-UTM.
Empat narasumber utama dihadirkan, yakni Teddy Ixdiana, Data Pela, Adrian Daely, dan Kamia Rahayu. Mereka membawakan materi teori dan praktik terkait teknik penyelamatan di medan vertikal, manajemen risiko, serta kerja sama tim dalam operasi penyelamatan.
“Pelatihan ini bukan hanya tentang kekuatan fisik, tapi juga mental dan kepedulian sosial. Setiap tindakan penyelamatan adalah wujud cinta terhadap sesama,” ujar Data Pela, tenaga ahli dari Vertical Rescue Indonesia (VRI). Minggu, 9 November 2025.
Ia menjelaskan, VRI merupakan lembaga non-profit yang dipimpin oleh Kang Teddy Ixdiana. Awalnya fokus memperkenalkan olahraga panjat tebing, kini berkembang menjadi lembaga kemanusiaan dengan berbagai kegiatan sosial seperti pembangunan jembatan gantung dan Sekolah Panjat Tebing Merah Putih.
Menurut Data Pela, kehadirannya di Madura menjadi momen bersejarah. “Tiga tahun lalu sudah ada rencana untuk menggelar kegiatan serupa di sini, namun baru kali ini terwujud. Ini kebanggaan tersendiri,” ungkapnya.
Sebanyak 60 peserta dari berbagai daerah di Indonesia ambil bagian dalam pelatihan ini. Mereka berasal dari Mapala, Sispala, BPBD, hingga komunitas kemanusiaan. Salah satunya Almuhlisin dari BPBD Sampang, yang menyebut kegiatan ini sangat bermanfaat bagi peningkatan kompetensinya di bidang penanggulangan bencana.
Dua anggota Polairud Polda Jawa Tengah, Aiptu Dedi Rahmat dan Aiptu Sulung Juni Cahyanto, juga turut serta. “Tujuan kami mengikuti pelatihan ini adalah mendukung operasi SAR di wilayah kerja kami,” ujar Aiptu Sulung.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UTM, Surokim, S.Sos., SH., M.Si., menyampaikan bahwa pendidikan tinggi tidak boleh berhenti pada teori.
“Mahasiswa harus diberi ruang untuk mengasah keterampilan nyata. Sekolah Vertical Rescue menjadi wadah pembelajaran yang memadukan teori dan praktik,” ujarnya.
Instruktur Adrian Daely menambahkan, pelatihan ini bukan hanya soal teknik, tetapi juga pembentukan karakter. “Yang paling berharga adalah bagaimana peserta ditempa menjadi pribadi yang kuat dan peduli,” katanya.
Pembina MPA GHUBATRAS Taufani Sagita mengapresiasi dukungan semua pihak. Ia menyebut kegiatan ini sebagai bentuk kolaborasi nyata antara dunia akademik dan praktisi kemanusiaan.
“Kami berharap kegiatan serupa terus digelar agar mahasiswa semakin tangguh menghadapi tantangan global,” ujarnya menutup pembicaran.
Abdi






