
Penanews.id, BANGKALAN– Pernahkah Anda merasakan kesejukan yang khas saat memasuki bangunan bersejarah peninggalan kolonial Belanda? Suasana dingin dan nyaman yang terpancar dari gedung-gedung seperti Lawang Sewu di Semarang, Gedung Bank Indonesia di Yogyakarta, atau Gereja Blenduk di Semarang bukanlah sekadar kebetulan.
Baca Juga:
Meski sering dikaitkan dengan nuansa mistis, rahasia di balik kesejukan ini sebenarnya terletak pada kecerdasan arsitektur yang diterapkan pada masa itu.
Menurut Ashar Saputra, PhD, dosen dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), ada beberapa faktor utama yang membuat bangunan era kolonial terasa lebih dingin.
Faktor-faktor ini berkaitan erat dengan desain bangunan, material yang digunakan, serta strategi sirkulasi udara yang diterapkan secara efektif.
Faktor Arsitektur yang Menciptakan Kesejukan
1. Dinding Tebal untuk Isolasi Panas
Bangunan kolonial umumnya menggunakan batu bata tebal sebagai material dindingnya. Ketebalan dinding ini, yang bisa mencapai 15–30 cm, berfungsi sebagai peredam panas alami. Panas dari luar membutuhkan waktu lebih lama untuk menembus dinding, sehingga suhu di dalam ruangan tetap stabil dan sejuk.
2. Atap Tinggi dengan Sudut Curam
Desain atap rumah kolonial memiliki kemiringan lebih dari 50 derajat, menciptakan ruang udara yang luas di bawah atap. Ruang ini berperan sebagai lapisan isolasi tambahan yang meredam panas dari sinar matahari. Ditambah lagi, adanya ventilasi di bagian atap memungkinkan sirkulasi udara berjalan lancar sehingga udara panas tidak terperangkap di dalam ruangan.
3. Langit-Langit Tinggi untuk Sirkulasi Udara Optimal
Langit-langit rumah kolonial biasanya dibuat sangat tinggi, menciptakan volume udara yang lebih besar di dalam ruangan. Hal ini memungkinkan udara panas naik ke atas, sementara udara yang lebih dingin tetap berada di bawah, memberikan efek sejuk secara alami.
4. Ventilasi Efisien di Setiap Sudut
Bukaan ventilasi seperti lubang angin di atas pintu dan jendela berlapis jalusi (krepyak) membantu menjaga aliran udara tetap segar. Desain ini memungkinkan udara mengalir bebas dari luar ke dalam tanpa mengorbankan privasi atau keamanan rumah.
5. Jendela Berlapis Ganda
Jendela pada rumah kolonial sering menggunakan dua lapisan: jalusi di bagian luar dan kaca patri atau kaca bening di bagian dalam. Selain berfungsi sebagai pengatur cahaya, lapisan ini juga membantu mengontrol suhu ruangan dengan membatasi panas yang masuk secara langsung.

Material Penunjang yang Meningkatkan Kesejukan
Lantai Teraso dan PC (Tegel)
Lantai rumah kolonial biasanya menggunakan ubin teraso atau tegel PC yang memiliki sifat menyerap panas. Material ini membuat permukaan lantai tetap dingin meskipun cuaca di luar sedang terik.
Warna Dinding Cerah
Cat dinding berwarna terang seperti putih atau krem bukan hanya estetika semata. Warna ini efektif memantulkan cahaya matahari, mengurangi penyerapan panas, dan membuat suasana ruangan terasa lebih adem.
Atap Bergaya Limasan atau Perisai
Bentuk atap limasan yang terinspirasi dari rumah tradisional Jawa memberikan ruang kosong yang cukup besar di antara plafon dan atap. Ruang ini membantu mencegah panas langsung masuk ke ruangan di bawahnya.
Fungsi Teras sebagai Penyeimbang
Teras yang luas di bagian depan rumah tidak hanya menjadi tempat bersantai, tetapi juga berfungsi sebagai ruang transisi antara bagian dalam dan luar rumah. Area ini membantu mengurangi panas sebelum udara masuk ke dalam rumah, sekaligus meningkatkan sirkulasi udara alami.
Kesimpulan
Kesejukan bangunan kolonial bukanlah hasil dari keajaiban, melainkan dari kecanggihan arsitektur tropis yang telah teruji waktu. Kombinasi desain struktural yang cerdas, pemilihan material yang tepat, serta perhatian pada detail-detail kecil seperti ventilasi dan tata letak ruangan membuat rumah-rumah ini mampu menghadirkan kenyamanan meski tanpa bantuan pendingin udara modern.
Jadi, ketika Anda mengunjungi bangunan bersejarah, ingatlah bahwa di balik suasana sejuknya, ada warisan arsitektur yang penuh perhitungan dan adaptasi terhadap iklim tropis Indonesia. (Berbagai Sumber)