
Penanews.id, MALANG – Pasca tragedi Kanjuruhan, salah satu kisah yang paling menyita perhatian publik adalah kisah Rusdi.
Ia mengaku sebagai Aremania asal probolinggo yang kemudian memilih hidup menggelandang di Stadion Kanjuruhan karena menanti tiga temannya, yang meninggal pada Tragedi Kanjuruhan?
Dilansir situs bola.net, ternyata, pengakuan Rusdi ini merupakan sebuah prank belaka.
Rusdi disebut bukanlah korban dari tragedi yang merenggut lebih dari seratus korban jiwa tersebut. Pengakuannya ini disebut hanya sekadar demi mencari simpati publik.
Setelah berita soal Rusdi muncul di sejumlah media, beragam tanggapan muncul. Selain tanggapan bernada positif, banyak juga tanggapan bernada negatif soal sosok pemuda 17 tahun asal Probolinggo ini.
Salah satunya, Rusdi disebut berbohong soal nasibnya selama ini. Ia pun disebut sudah sering melakukan tipuan seperti ini.
Bola.net coba melakukan pengecekan soal pengakuan Rusdi. Ia mengaku datang menonton laga Arema FC vs Persebaya Surabaya bersama tiga temannya, dua pria dan satu wanita. Menurut Rusdi, tiga orang temannya bernama Alex, Aldi, dan Aulia. Menurut pengakuan Rusdi, tiga orang ini menjadi korban meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan.
Dalam penelusuran Bola.net, tak ada nama Alex, Aldi, atau Aulia dalam daftar korban meninggal pada Tragedi Kanjuruhan.
Memang, ada empat korban meninggal yang berasal dari Probolinggo. Namun, tak ada nama-nama seperti yang disebut Rusdi. Selain itu, seluruh korban meninggal dari Probolinggo berjenis kelamin pria.
Simak artikel selengkapnya di bawah ini.
Tak Ada di Pondok Pesantren
Rusdi sendiri, setelah bertemu dengan para penggawa Arema FC, Kamis (13/10), disebut akan dimasukkan ke pondok pesantren. Pondok Pesantren Rejo Darul Musthofa, Gondanglegi Kabupaten Malang dipilih sebagai tempat bagi Rusdi. Alasannya, pondok tersebut memiliki hubungan yang sangat erat bagi Aremania.
Ketika didatangi ke pondok pesantren tersebut, Jumat (14/10), ternyata Rusdi sudah tidak di situ. Bahkan, ia hanya sempat berada di situ dalam hitungan jam.
“Mungkin hanya sekitar tiga jam di sini,” ucap Fakih Pilihan, salah seorang pendamping dari Santri Embongan.
“Setelahnya, ia diantarkan rekan-rekan Aremania ke RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat, Lawang,” sambungnya.
Kisah Kelam Rusdi
Menurut Fakih, pada awalnya, mereka tak menaruh syak wasangka terhadap Rusdi. Pasalnya, ia menambahkan, pondok tersebut sudah biasa menampung orang-orang dengan masalah psikis.
“Namun, kemudian, kami mendapat kabar dari teman-teman di Probolinggo bahwa Rusdi memang sering menghilang dan menggelandang ke mana-mana,” kata Fakih.
“Setelah mengetahui hal tersebut, kami serahkan saja ke RSJ,” ia menambahkan.
Tak Kapok
Kendati sempat kena prank Rusdi, Fakih menyebut bahwa pihak pondok tak kapok. Mereka akan tetap berusaha membantu orang-orang dengan masalah psikis.
“Kami tidak kapok. Kami biasa menampung anak-anak terlantar, trauma, dan korban narkoba,” tutur Fakih.
“Kami tidak mengundang, tapi kalau teman-teman mau minta bantuan kami siap membantu,” ia menambahkan.
Kuncoro Ikhlas
Sementara itu, sikap yang sama juga ditunjukkan oleh Kuncoro. Asisten Pelatih Arema FC ini mengaku ikhlas dengan semua bantuannya -dan para pemain Arema FC- terhadap Rusdi.
Sebelumnya, Kuncoro bersama Johan Ahmat Farisi dan Jayus Hariono sempat bertemu langsung dengan Rusdi. Dalam kesempatan tersebut, mereka sempat memberikan bantuan kepada Rusdi dan berjanji akan membantu Rusdi ke depannya.
“Kami kembalikan saja bahwa anak ini kan yatim piatu. Kami memang hanya berniat menolong,” tutur Kuncoro.
“Ya sudah, nggak masalah,” ia menandaskan.
EMbe/ bola.net