
penanews.id,JAKARTA – Ekonom senior, Emil Salim, turut berkomentar soal ekspor benih lobster yang diduga menjadi penyebab Menteri Kelautan dan Perikanan atau Menteri KKP Edhy Prabowo ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Emil mengatakan pada awalnya hanya segelintir pihak yang menentang kebijakan tersebut.
“Semula hanya NU & Muhammadiyah (yang) menentang ekspor benih lobster. Lalu hanya Koran Tempo gencar bongkar ekspor lobster lintas partai rusak habitat lobster sementara koran lain diam,” ujar Emil Salim lewat Twitter resminya, @emilsalim2010, Rabu, 25 November 2020.
NU dan Muhammadiyah kompak menolak ekspor benih lobster pada Agustus lalu. Ekspor dinilai tidak akan memberikan keuntungan bagi negara dan justru merusak rantai pasokan.
Emil bersyukur kini KPK sudah menindak Edhy. Menurut Emil, semestinya pemerintah berfokus mengembangkan benur menjadi lobster.
Dengan pengembangan komoditas itu, nilai jual lobster akan menjadi lebih tinggi. “Ketimbang ekspor benur ke Vietnam bikin makmur orang-orang partai negeri di atas derita kemiskinan rakyat nelayan?” katanya.
Emil juga memandang banyak nelayan masih belum sejahtera. “Laut RI luas & kaya tapi nelayannya banyak lagi miskin,” ucapnya.
Edhy Prabowo ditangkap oleh KPK pada Rabu dini hari, 25 November 2020, pukul 01.23 WIB. Dia ditangkap saat tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta sepulangnya lawatan dari Amerika Serikat. Edhy ditangkap bersama istrinya. EMBE