penanews.id, JAKARTA -Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti menilai, Presiden Joko Widodo atau Jokowi cenderung mengadopsi gaya kepemimpinan Soeharto dalam mengelola kekuasaan di periode kedua pemerintahannya.
“Jalan kepemimpinan yang dipilih Jokowi, setidaknya dalam satu tahun terakhir ini, lebih terlihat ala Soeharto, bukan Soekarno atau Habibie,” ujar Rangkuti dalam diskusi daring, Selasa, 20 Oktober 2020.
Baca Juga:
Menurut Rangkuti, ada enam ciri kepemimpinan Jokowi yang dinilai mirip dengan gaya Presiden RI Kedua itu. Pertama, target kekuasaan lebih fokus pada pembangunan seperti halnya era orde baru. “Jokowi hanya pikir investasi, investasi terus infrastruktur,” ujar dia.
Kedua, ujar dia, Jokowi menggunakan aparat untuk menciptakan stabilitas pemerintahan. Alat-alat negara dipakai untuk membungkam suara-suara kritis dan sejumlah aktivis ditangkap atas tuduhan melanggar UU ITE serta patroli siber terus berlangsung.
Ketiga, mengakumulasi kekuasaan pada satu tangan. “Mayoritas parlemen dikuasai Jokowi, 7 dari 9 fraksi mendukung pemerintah dan hanya menyisakan dua oposisi yang juga tidak sepenuhnya juga oposisi. Kadang oposisi kadang tidak, seperti ketika revisi UU KPK, semua sejalan dengan pemerintah,” ujar Rangkuti.
Ciri keempat, menarik investasi yang cenderung mengeksplorasi sumber daya alam. Kelima, terabainya gerakan antikorupsi. “Ini terlihat jelas dengan revisi UU KPK,” ujar Rangkuti.
Keenam, maraknya dinasti politik. “Kalau zaman orba itu lebih terkenal dengan nepotisme, sekarang ya dinasti politik. Pak Jokowi sendiri menunjukkannya dengan pencalonan anak dan menantunya di Pilkada 2020,” ujar Rangkuti.
Sejumlah ciri-ciri ini, kata Rangkuti, memperjelas arah pemerintahan Jokowi ke depan yang tidak berpihak kepada rakyat.
“Maka kalau melihat kondisi sekarang hingga empat tahun ke depan, lebih jelas kita melihat kemurungan di masa depan daripada optimisme,” ujar dia. TEMPO.CO