penanews.id, SURABAYA– Yayasan Arek Lintang (Alit) mengklaim sedikitnya ada tambahan 500 anak yang jadi perokok aktif selama masa pandemi Covid-19. Jumlah itu didapat dari survei yang dilakukan di lima wilayah regional antara lain Surabaya, Sidoarjo, Malang Raya, Jember-Banyuwangi, dan D.I Yogyakarta.
Dalam survei ini, Alit bekerjasama dengan Koalisi Stop Child Abuse yang terdiri dari Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), KP2M, Komunitas Siwi, dan GusDurian Sidoarjo.
Baca Juga:
Temuan anak perokok aktif itu diketahui saat mereka melakukan pembelajaran online atau daring di sejumlah warung kopi (warkop).
Lingkungan warung kopi yang banyak digunakan masyarakat sebagai tempat merokok diklaim telah mempengaruhi pelajar yang masih berusia anak atau di bawah 18 tahun untuk ikut atau mencoba rokok.
“Kebetulan saat kondisi pandemi anak-anak tidak ada kegiatan sekolah tatap muka, sehingga banyak menggunakan wifi dan belajar daring di warung kopi, tetapi di sana mereka juga merokok,” ujar Tim Baseline Survey Koalisi Stop Child Abuse, Lisa Febriyanto, dalam webinar yang digelar Kadin Jatim, Selasa, 29 September 2020.
Direktur Eksekutif Alit Indonesia Yuliani Umrah mengatakan temuan ini menandakan prevalensi atau karakter khusus perokok anak di masa pandemi mengalami kenaikan.
“Kalau kemudian kami hanya menemukan 500 anak yang menjadi perokok, besar kemungkinan jumlah tersebut lebih dari seribu atau bahkan sepuluh ribu anak yang menjadi perokok,” kata Yuliani dikutip dari jatimnet.com.
Pihaknya mengajak semua pihak terkait berpikir atas temuan tersebut. Apalagi temuan itu hanya sebatas sampel yang sangat terbatas dan diyakini jumlahnya lebih besar dari temuan di lapangan.
Ia mengajak semua pihak terkait berpikir bersama menentukan langkah. “Harapan kami ke depan, kita satu suara ke pemerintah pusat bagaimana mengatur kebijakan selanjutnya,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto mengatakan Kadin berkomitmen atas kondisi kesehatan masyarakat termasuk anak-anak.
“Kalau kita bicara rokok, yang punya pabrik rokok saja tidak ingin anaknya yang kecil merokok. Begitu juga pekerjanya. Termasuk pedagang-pedagang kecil eceran saya pastikan mereka tidak mau anak-anaknya merokok. Tentu ini akan mencari titik temu,” kata Adik. EMBE