
Penanews.id,BANGKALAN – Universitas Trunojoyo Madura (UTM) kembali menggelar ajang bergengsi internasional bertajuk 3rd Trunojoyo Madura International Conference (TMIC) 2025.
Kegiatan yang berlangsung di Aula Syaikhona Mohammad Kholil, Gedung Graha Utama, Lantai 10 itu mengusung tema Industry 5.0 Challenges: Technology, Collaboration, and Innovation for Social and Environmental Responsibility’.
TMIC berlangsung selama dua hari, yakni tanggal 29-30 Oktober 2025. Forum akademik berskala internasional ini mempertemukan akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai negara, termasuk Jepang dan Jerman, untuk membahas kolaborasi riset dan inovasi dalam menghadapi tantangan era industri 5.0.
Wakil Rektor Univeristas Trunojoyo Madura (UTM), Prof. Dr. Achmad Amzeri, menegaskan TMIC merupakan wadah strategis untuk membawa hasil riset para dosen dan mahasiswa UTM menuju publikasi internasional bereputasi.
“Harapannya, riset-riset kita terutama yang berfokus pada isu kemaduraan, baik potensi, permasalahan, maupun kearifan lokal dapat dikenal oleh masyarakat internasional melalui proceeding atau jurnal terindeks Scopus,” ujarnya.
Prof. Amzeri menjelaskan, pelaksanaan TMIC kali ini juga menjadi bagian dari upaya UTM untuk memperkuat kinerja riset dan pemeringkatan internasional, seperti QS Ranking, Webometrics, dan THE Impact Rankings SDGs yang ditargetkan rampung pada tahun 2026.
“Output dari konferensi ini bukan hanya proceeding, tapi juga akan berdampak langsung pada peningkatan reputasi UTM di kancah global,” tambahnya.
Selain diikuti para dosen dari berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri, TMIC juga melibatkan mahasiswa melalui skema riset kolaboratif. Setiap penelitian wajib melibatkan minimal dua mahasiswa agar mereka dapat terlibat langsung dalam publikasi ilmiah.
Prof. Amzeri menjelaskan, hasil penelitian mahasiswa yang berhasil dipublikasikan di jurnal bereputasi bisa diakui sebagai pengganti tugas akhir.
Kebijakan ini selaras dengan Permendikbud Nomor 39 Tahun 2025 tentang penyelenggaraan pendidikan tinggi yang memberi ruang bagi pengakuan luaran non-skripsi, seperti karya ilmiah, kewirausahaan, hingga magang industri.
“Sekarang tugas akhir di UTM tidak harus berbentuk skripsi. Artikel ilmiah bereputasi, juara PKM, kewirausahaan, bahkan magang industri dengan predikat luar biasa bisa menjadi pengganti skripsi,” jelasnya.
TMIC 2025 menghadirkan pembicara internasional dari berbagai institusi ternama, di antaranya: Dr. Wahyu Rahmaniar, Institute of Science Tokyo, Japan, Dr. Mirjam Lücking – Ludwig-Maximilians-University Munich, Germany, dan Assoc. Prof. Sabaruddin Akhmad, Universitas Trunojoyo Madura, dan Dr. Iskandar Dzulkarnain – Universitas Trunojoyo Madura.
Prof Amzeri berharap kegiatan ini memperkuat jejaring riset global sekaligus mendorong kontribusi nyata UTM terhadap pembangunan sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.
“Dengan riset yang kuat dan publikasi yang luas, kita ingin Madura dikenal dunia bukan hanya dari budaya dan kulinernya, tetapi juga dari inovasi dan pemikiran akademiknya,” tegas Prof. Amzeri.









