Penanews.id, BANGKALAN – Diajak dua temannya di Asrama Brimob Cilincing, Wiwit Ari Wibisono yang saat itu baru lulus SMA, memberanikan diri mendaftar ke Sekolah Bintara. Tapi begitu tiba di tempat pendaftaran, perutnya tiba-tiba mules.
Karena keinginan ‘buang hajat’ itu tak lagi bisa ditahan, ia pun segera mencari kamar mandi sambil berpesan pada dua temannya agar menunggunya.
Tapi Wiwit tak ditunggu. Selesai dari kamar mandi, ia mendapati Teman sepermainannya itu telah memegang nomor pendaftaran Bintara. Dengan perasaan kecewa ia pulang dan menceritakan kegagalan itu kepada sang ayah yang pensiunan bintara.
“Sambil nunggu pendaftaran berikutnya, saya sempat kuliah di Universitas Guna Dharma,” Kata AKBP Wiwit, kini Kapolres Bangkalan, saat mengenang peristiwa di tahun 1999 itu.
Rupanya banyak hikmah dibalik kegagalan itu. Tuhan punya rencana yang lebih baik untuknua. Ketika mendaftar kali kedua, Wiwit berhasil lolos dua seleksi sekaligus. Pertama ia lulus SMBPTN di kejuruan Dokter Gigi Universitas Indonesia. Kedua dia Lolos seleksi Akabri.
Karena tak mungkin memilih dan menjalani keduanya bersamaan. Pria kelahiran jakarta 1982 ini pun mantap memilih Akabri.
“Karena tinggi saya cuma 165, saya akhirnya diterima di Akpol, yang UI tidak saya ambil,” Ujar dia.
Wiwit tak menyesali keputusannya itu. setelah lulus Akpol 2002 silam karirnya sebagai polisi terbilang moncer. Pertama kali berdinas di Bali, ia dipercaya masuk tim Lidik kasus terorisme dengan tersangka Nor Din M Top.
Setelah dari Bali, mutasi-mutasi berikutnya dirasa Wiwit kian melengkapi dan memperkaya pengalaman dalam hidupnya. Salah satu tempat yang tak akan ia lupakan adalah saat bertugas di wilayah terluar indonesia seperti kepulauan Natuna ketika berdinas di Polda Kepulauan Riau.
“Saya juga pernah dinas luar negeri, ketika jadi Aspri presiden RI ke 6, saya bersyukur pengalaman saya terbilang lengkap,” Kenang dia.
Tak Menyangka Dimutasi ke Bangkalan
Bagi Wiwit, Kabupaten Bangkalan bukanlah daerah baru baginya. Di masa-masa awal jadi polisi, dia pernah ke Bangkalan karena pacarnya, kini istrinya, adalah orang Kecamatan Socah.
Meski begitu, Wiwit mengaku sama sekali tak pernah membayang bahwa dia akan ditugaskan menjadi Kapolres Bangkalan setelah dua tahun memimpin Polres Pacitan.
“Saya kaget, ketika telegram turun, ternyata saya dimutasi ke Bangkalan,” Katanya.
Sekitar dua bulan sebelum telegram itu turun, Wiwit sempat pulang ke rumah mertuanya di Socah. Dia pun sempat memperbaiki kuburan kakek istrinya yang meninggal dunia di awal munculnya pandemi covid-19.
“Ketika mertua tahu saya dimutasi ke Bangkalan, beliau bilang itu doa almarhum si mbah yang terkabul karena sempat saya perbaiki kuburannya,” Kata dia.
EMbe