
Penanews.id, JATIM – Universitas Brawijaya Malang kini disorot publik. Perkaranya adalah syarat berpenampilan menarik sebagai kriteria penerimaan mahasiswa.
Syarat ini disodorkan ke peserta Seleksi Mandiri Program Studi D-3 Keuangan Perbankan dengan bidang minat Perbankan.
Dilansir vice.com, Syarat ini ternyata benar adanya, dikonfirmasi Sekretaris Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik UB Heri Prawoto Widodo. Tapi jangan keburu emosi karena ada penjelasan lanjutannya.
“Sebenarnya ini adalah informasi tiap tahun selalu ada dan khusus yang D-3 Perbankan. Itu saja sebagai tambahan syaratnya,” ujar Heri dilansir Kompas.
Heri juga menjelaskan bahwa kriteria ini bisa muncul karena kampus mengacu pada permintaan pihak perbankan yang bermitra dengan UB.
“Itu dari pihak bank mitra karena mereka yang memenuhi syarat akan direkrut oleh pihak bank. Biasanya, kalau tidak pandemi akan dicek langsung oleh pihak mereka [bank].” Menurut kampus, syarat ini wajar karena kebutuhan banknya emang gitu.
Saat kami tanyai pendapatnya, pengamat pendidikan Toto Rahardjo maklum dengan syarat unik masuk kuliah ini. Menurutnya, kasus ini emang konsekuensi dari sekolah vokasi yang tugasnya mencetak tenaga kerja. Tuntutan institusi agar mampu menjawab kebutuhan dunia kerja berimbas pada cara rekrutmen peserta didik yang kerap butuh penyesuaian tersendiri.
“Dalam kasus dunia perbankan misalnya, bahwa pegawai bank selama ini sudah masuk stereotip: selalu pakaiannya rapi, parlente, wangi, dan sebagainya,” jawab Toto saat dihubungi VICE.
Toto beralasan, respons tentu akan lebih keras apabila syarat ini dimasukkan untuk pendidikan yang lebih umum. “Vokasi kan sudah model mencetak [tenaga kerja]. Kalau di vokasi, memang tegas-tegas mau mencetak orang menjadi tenaga kerja, ya pasti dia akan menyesuaikan dengan pasar yang membutuhkan. Jadi, enggak bisa dikaitkan kepada pendidikan secara umum. Kalau [syarat ini diberlakukan] secara umum, ya bertentangan. [Kritik saya] sekolah bukan dalam rangka mencetak tenaga kerja, [tapi] itu soal lain lagi,” tambah Toto.
Namun, bukankah tugasnya institusi pendidikan adalah mengajarkan? Kenapa harus memilih mahasiswa kalau pada prosesnya nanti akan diajarkan caranya berpenampilan menarik? Toto menjawab bahwa sistem pengajaran vokasi lebih mengarah ke pelatihan dibandingkan pendidikan.
“Memang itu dunia mencetak, bukan pendidikan itu. Yang menurut saya, yang lebih perlu diingatkan itu orang sebelum masuk ke situ. Kamu cocok apa enggak? Kalau enggak cocok ya jangan lah. Vokasi itu kan model-model pelatihan sebetulnya, cuma pelatihan jangka agak panjang,” tutup Toto.
EMbe