Penanews.id, SUMENEP – Mendadak terkenal berkat sebuah postingan di media sosial hingga menarik perhatian sebuah stasiun televisi swasta mewawancarainya, justru membuat Avan Fathurahman kini dilanda cemas.
Ribuan apresiasi dan dukungan netizen yang disampaikan lewat kolom komentar tentu menyenangkan, tapi itu belum mampu menghilangkan kecemasan guru PNS berusia 40 tahun ini.
Dia menyadari, di tengah pandemi wabah yang menjangkiti siapa saja tanpa pandang bulu, inisiatifnya mengajar dor to dor karena banyak muridnya tak bisa belajar online karena tak punya android, tetaplah menyalahi protokol pencegahan covid 19 agar belajar dari rumah.
Dan ia cemas karena setiap pelanggaran ada konsekuensi, apalagi Dinas Pendidikan Sumenep hingga kini belum bereaksi atas postingan yang viral setelah dibagikan 16 ribuan orang, salah satunya politikus senior PKS Hidayat Nur Wahid.
“Jujur, sekarang saya cemas. saya belum tahu bagaimana sikap pemerintah, apakah dinas pendidikan Sumenep akan memarahi atau mendukung. Saya tahu, saya melanggar,” kata Avan, peraih gelar Magister di Unmuh Surabaya, Minggu, 19 April 2020.
Avan tergerak mengajar keliling setelah pemerintah memperpanjang masa belajar di rumah karena virus flu corona belum menunjukkan tanda akan reda, alih-alih malah kian menggila.
Ia lalu menelpon wali murid kelas VI SDN Batuputih 03 tempatnya mengajar, agar menyetorkan pekerjaan rumah anaknya lewat whatsapp dengan cara difoto. Permintaan itu justru dibalas oleh pertanyaan tentang apa itu WhatsApp.
Sejak itu, baru Avan tahu bahwa dari 20 muridnya, hanya 4 orang yang bisa mengakses aplikasi percakapan online itu. Sisanya kebanyakan masih memakai hape nitnunit yang bahkan tak bisa dipakai buat memoto.
Ketika banyak wali murid bertanya tentang harga android, Avan pun mengatakan mereka tak perlu membeli telepon pintar itu. dialah yang akan datang ke rumah murid-muridnya untuk mengajar.
“Wali murid kebanyakan petani, membeli androrid pastilah memberatkan mereka,” kenang alumnus STKIP PGRI Sumenep ini.
Berawal dari Iseng
Tiap kali mengajar dor to dor itu, Avan mengabadikannya dalam foto. Agar tak memenuhi memori androidnya, dia putuskan memostingnya di Facebook dengan tambahan sedikit narasi tentang riwayat foto-foto itu, semata agar tak hilang.
Maka dia tak menyangka bakal mendapat begitu banyak respon hingga menjadi perhatian nasional.
Mendadak jadi ‘selebritis’, dengan permintaan wawancara jurnalis yang padat, tak membuat Avan lupa pada niatan awal. Dia tetap mengajar dari pagi sampai siang dengan jadwal yang diacak, agar setiap hari murid-muridnya menunggu dia datang, sehingga akan mencegah mereka keluyuran di masa sekolah di rumah akibat pandemi.
“Kalau muridnya cepat paham, paling 20 menitan selesai, terus pindah lagi ke murid yang lain, maksimal duhur baru selesai keliling,” ucap dia.
Dalam foto-fotonya mengajar, Avan dan muridnya tak mengenakan masker. Maka banyak lembaga berinisiatif mengirimkan masker dan hand sanitizer untuk Avan dan muridnya.
Tiap mengajar, Avan sebenarnya selalu.embawa masker. namun berada di lingkungan yang tak memakai masker, muncul situasi canggung yang aneh. Sehingga dia pun menyimpan masker itu dan tak memakainya.
“Alhamdulillah, kalau ada yang mau bantu masker untuk murid-murid saya,” kata dia.
Dekat dengan Dunia Anak
Di luar kelas, Avan memang bergelut dengan dunia anak. Sejak 2018, dia mencoba menghidupkan kembali budaya mendongeng yang telah pudar. Dia keliling ke sekolah-sekolah untuk mendongeng walau tanpa bayaran.
Dan seperti sudah menjadi kelaziman bahwa semua permulaan tak pernah mudah. Avan mengalami semua itu hingga Kantor Perpustakaan Sumenep melirik dan memakai jasanya.
Kini sekali atau dua kaki sebulan, dia mendongeng di acara care free day di Taman Bunga depan Masjid Agung Sumenep.
Dan tak hanya di sekolah, fasilitas mobil perpustakaan keliling, membuatnya kini bisa mendongeng dan menebarkan minat baca ke anak-anak di desa terpencil dan jauh.
di luar sana, di daerah lain, pasti banyak Pak Guru Avan yang lain. Mereka patut kita support tanpa menunggu mereka viral. (EMBE)