Penanews.id, JEMBER – Menteri Sosial Tri Rismaharini kembali terlihat marah-marah saat mengkritisi kinerja bawahan atau mitranya.
Luapan amarah Risma itu terjadi saat ia menggelar rapat evaluasi dan pencocokan data penyaluran dana bantuan sosial dari pemerintah pusat kepada masyarakat miskin yang terdampak pandemi.
Rapat di gelar Risma bersama pejabat sebuah bank BUMN di salah satu hotel di Jember, di sela-sela kunjungan Risma ke Jember dan Lumajang. Turut hadir dalam rapat tersebut Bupati Jember, Hendy Siswanto beserta Wabup M.B. Firjaun Barlaman dan Kapolres Jember.
Risma memarahi pejabat sebuah bank BUMN karena dianggap tidak becus dan lambat dalam menyalurkan bantuan bagi masyarakat miskin terdampak pandemi.
“Tolonglah, diperbaiki ini kinerja ini bank. Kalau anda tidak sanggup, bilang saja. Segera saya ganti dengan yang lain,” ujar Risma.
Kemarahan Risma itu terjadi, saat ia mengetahui bahwa dari data 8 ribu keluarga penerima manfaat (KPM) di Jember, baru sebagian kecil saja yang sudah menerima pencairan.
“Kemarin, saya ke Bandung, 5 ribu (KPM yang belum menerima) itu sudah saya pikir tinggi sekali. Ini malah 8 ribu,” tutur alumnus ITS ini.
Padahal, Kemensos sudah berupaya keras agar dana tersebut bisa tersalurkan ke rekening bank pada akhir Maret 2021 sesuai jadwal.
“Kita akhir Maret kemarin sudah kayak mau perang. Sampai hampir pagi selalu masih di kantor,” jelas Risma.
Menurutnya, bank seharusnya lebih berinisiatif untuk mempercepat pencairan bantuan. “Saya ini dua kali jadi wali kota Surabaya, jadi saya tahu perbankan. Satu hari uang masuk, besoknya langsung sudah ada di rekening,” tegas Risma.
Jika tidak segera dicairkan dalam beberapa pekan ke depan, bantuan itu akan hangus dan merugikan masyarakat miskin yang terdampak pandemi.
“Kalau sampai tidak bisa dicairkan, anda harus tanggung jawab. Anda kan tidak tahu rasanya, ketika anak anda besoknya bingung mau makan apa,” tutur Risma sambil menunjuk-nunjukkan jarinya ke arah pejabat bank BUMN tersebut.
Pejabat bank BUMN terbesar di Indonesia, itu nampak berusaha untuk memberi berbagai penjelasan tentang penyebab penyaluran bantuan tidak bisa segera dilakukan.
Diantaranya alasan teknis perbankan serta terkendala Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Namun, penjelasan itu justru membuat Risma semakin marah.
“Kalau ingin menyeklesaikan masalah, menghadap ke pak bupati, (bahwa terkendala) ada PPKM, segera selesai. Saya yakin pak bupati akan mau membantu,” ujar Risma.
Bupati Jember, Hendy Siswanto yang ada di samping Risma, lebih banyak terdiam ketika Risma memarahi pejabat bank yang sedang mempresentasikan data tersebut.
Lambatnya penyaluran bantuan oleh bank tersebut, dinilai berbahaya.
Sebab, jika sampai beberapa minggu ke depan bantuan belum juga dicairkan oleh bank bumn tersebut, maka bantuan akan hangus.
Mantan Wali kota Surabaya ini mengingatkan, bahwa kelambanan penyaluran bantuan oleh bank tersebut, akan menyengsarakan rakyat miskin.
“Ini ada 8 ribu orang, kalau semuanya berdoa sama-sama, doanya orang miskin, bisa ambruk bank mandiri ini,” cetus Risma.
Risma mengeluhkan, selama ini pemerintah kerap disalahkan ketika ada warga miskin yang belum tersentuh bantuan. Padahal, pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan dana untuk membantu mereka.
“Saya ini tiap hari baca media, tentang orang lansia miskin yang tidak tersentuh bantuan, bingung makan, tidak ada yang peduli. Padahal pagu (dana bantuan) nya sudah ada, tapi dibiarkan oleh anda,” tutur Risma.
“Kita ini sering ditanya masyarakat, mana bantuannya. Kemensos lagi (yang disalahkan). Tidak semua kami ini mencuri,” tambah Risma.
Selama Risma marah-marah, beberapa staf bank BUMN tersebut terlihat sibuk untuk segera melakukan verifikasi atau perbaikan data. Mereka juga dibantu pendamping PKH dari Kemensos.
Usai rapat, Risma langsung bergegas meninggalkan hotel untuk menuju ke Lumajang, guna menghadiri acara yang sama. Risma memerintahkan beberapa pejabat Kemensos untuk melanjutkan rapat bersama dengan pejabat bank BUMN tersebut.
Merdeka.com sudah mencoba mengkonfirmasi kepada Risma terkait kemarahan itu, namun ia menolak karena terburu-buru.
Sumber: merdeka.com