Baca Juga:
Penanews.id, BANGKALAN – Saat berkunjung ke SMA Negeri 4 Kabupaten Bangkalan, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur wilayah Kabupaten Bangkalan, Pinky Hidayati, mendapati seorang murid baru memakai celana kebesaran.
Dari kain yang menumpuk di bagian pinggang setelah dikencangkan dengan ikat pinggang, kentara sekali celana yang dipakai siswa bernama Jaelani itu tidak sesuai ukuran badannya yang kurus.
Ketika Pinki menanyakan asal muasal seragam itu, Jaelani menceritakan kisah haru dibaliknya. Kata dia, celana itu adalah celana kakaknya dan baju putih atasan adalah seragam SMP yang emblemnya diubah ke SMA.
“Ini celana kakak saya, kebetulan dia punya dua, satu diberikan ke saya,” Kata Jaelani, selasa (25/7).
Pinki yang nampak kaget dengan pengakuan itu, mengapresiasi dengan acungan jempol karena Jaelani tidak minder meski tak memakai seragam baru.
“Tak penting seragam baru atau bekas, di sekolah yang terpenting adalah menuntut ilmu agar sukses. Bukan tempat bergaya-gaya dengan pakaian,” Kata Pinki.
Menengah ke Bawah
Selain Jaelani, ada dua hingga tiga siswa lain yang nampak bersekolah memakai setelan hitam putih serta berkerudung logo SMP.
“Belum beli, jadi pakai kerudung SMP dulu dan sekolah membolehkan,” Kata Echa Putra Azzahra, salah satu siswa yang memakai kerudung SMP.
Sidak ke SMAN 4 yang dilakukan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur wilayah Bangkalan, Pinki Hidayati setelah dalam tiga hari terakhir beredar kabar adalah sekolah yang mewajibkan siswa baru membeli kain seragam ke koperasi sekolah.
Dari sidak itu yang didapati Pinki adalah kebalikannya. Siswa dibebaskan membeli seragam di mana saja menyesuaikan kemampuan keuangan orang tua. Bahkan memakai seragam bekas pun tak menjadi soal.
“Kalau bisa koperasi sekolah menjual seragam sama dengan diluaran atau bahkan lebih murah,” Katanya.
Menurut data, ada 120 siswa baru yang mendaftar ke SMA Negeri 4 pada tahun ajaran baru ini dan sebagian besar mereka berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah.
Kepala SMAN 4, Hendrik Dewantara yakin jika sekolahnya membuat kebijakan yang memberatkan termasuk soal seragam, jumlah siswa baru yang mendaftar tak akan mencapai angka itu.
Dan ketika melihat latar belakang ekonomi para siswa baru, Hendrik justru membuat kebijakan yang meringankan yaitu siswa yang membeli seragam di koperasi sekolah boleh menyicil pembayarannya.
“Karena bukan sekolah favorit, kami ini sangat butuh siswa. Jangankan buat aturan yang memberatkan, Mereka mau sekolah di sini saja kami senang,” Kata Hendrik.
EMBe