Baca Juga:
Penanews.id, BANGKALAN – Agama punya peran penting dalam pelestarian kesenian. 15 Desember 2022 lalu, Muhlis yang baru datang menunaikan ibadah Umroh menggelar selamatan di rumahnya Kampung Bhirajeh, Desa Geger, Kabupaten Bangkalan.
Selamatan itu tak biasa, karena ia mengundang satu grup shalawat Habsiyan. Di Bhirajeh, baru kali itu acara selamatan umroh diisi dengan hiburan Sholawatan.
“Seingat saya, di kampung sini, baru kali ini ada sholawatan di acara umroh,” kata Rohman, tetangga Muhlis.
Sholawat Habsy yang tampil malam itu berasal dari satu kelompok kesenian di Desa Geger bernama ‘potre koneng’. Selain Habsiyan, sanggar seni potre koneng juga banyak menampilkan kesenian lain seperti Hadrah hingga drumband.
Muhlis sendiri mengaku tak punya alasan khusus ketika memutuskan mengundang sholawat Habsiyan itu. Dia hanya ingin kesenian tradisional tetap eksis di tengah gempuran budaya barat yang mulai digandrungi anak-anak muda di desa.
Bagi Muhlis, memberi pentas bagi pegiat seni tradisional adalah bagian dari upaya menjaga eksistensi agar .ampu bersaing di tengah menjamurnya kesenian modern.
” Untuk itu dibutuhkan kelompok-kelompok seni yang dapat menjadi penyeimbang terhadap perkembangan seni yang ada pada saat ini atau mampu mengkolaborasikan keduanya yakni kesenian tradisional dan modern,” ungkap dia.
Bagi Muhlis, Seni tradisional tak hanya sekedar seni. Banyak nilai filosofis lain yang terkandung di dalamnya. Selain sebagai wadah masyarakat berkreatifitas dan berkarya, seni juga media masyarakat untuk berinteraksi dan bersosialisasi.
“Yang endingnya adalah Meningkatkan kerukunan, persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat dan pencegahan konflik sosial,” kata dia.
EMbe