
Nama Anang Akhmad Syaifuddin jadi perbincangan hari-hari ini setelah videonya yang tak hafal pancasila viral di media sosial.
Merasa malu, ia pun mundur dari jabatan Ketua DPRD Lumajang. Meski banyak pihak, termasuk bupati lumajang, memintanya bertahan, tapi bagi Anang menjaga marwah DPRD dan partainya PKB jauh lebih penting dari jabatan itu.
Dukungan sang ibu dan istri, kian memantapkan hati Anang untuk meninggalkan kursi empuk pimpinan Parlemen itu.
Sikap Anang ini sungguh menampar tabiat politikus Indonesia: jangankan baru ditulis lalu mundur, sudah masuk KPK pun kalau tak dipaksa undang-undang, para koruptor itu masih bertahan di jabatannya, atas nama asas praduga tak bersalah.
Tapi justru keputusan itu menunjukkan bahwa Ketua DPC PKB Lumajang adalah seorang politisi yang matang.
Dalam hemat saya, rasa malu yang jadi alasannya mundur hanya salah satu alasan saja. Tapi dibalik itu pastilah ada perhitungan politiknya.
Jika dia bertahan, berbagai kelompok oposisi akan semakin punya bahan menyerang pemerintah dan Parlemen. Tentu serangan itu membuat kinerja kabinet tak efektif. Dan, yang terpenting, serangan itu bisa menurunkan popularitas PKB juga popularitasnya sendiri.
Dengan mundur, bullying akan mereda dan orang-orang akan segera melupakan peristiwa itu. Minimal dengan Mundur, akan tercipta satu kelompok yang bersimpati atas keputusan itu dan dengan sendirinya akan menjadi pembela pria yang pernah jadi tukang cukur ini.
Ya, Anang pernah jadi tukang cukur di Jogjakarta setelah gagal melanjutkan kuliah di sana. Ia juga pernah kerja bangunan hingga cleaning service di Surabaya.
Tak berhasil di perantauan, Anang memutuskan pulang ke Lumajang untuk membantu ibunya di kampung yang saat itu menjadi pengurus PKB tingkat kecamatan. Ia kemudian menjadi masuk PKB tingkat kabupaten hingga dipercaya menjadi ketua.
Pada pileg 2019 lalu, Anang mencoba peruntungan dan berhasil lolos. Di tahun itu, PKB juga menjadi peraih kursi terbanyak di DPRD Lumajang dengan 10 kursi.
Atas capaian itu, PKB otomatis berhak atas posisi jabatan ketua DPRD. Posisi itu kemudian diberikan ke Anang karena dia Ketua DPC PKB Lumajang.
Mungkin karena jabatan itu tidak didapat lewat perjuangan, maka Anang tak perlu merasa berat hati ketika harus melepaskannya.
Musthofa Aldo