Penanews.id, JAKARTA – Jika mengikuti akun-akun sepak bola Indonesia di Twitter, video-video keputusan aneh para wasit di kompetisi domestik kerap muncul di beranda.
Mereka enggak bisa bedain mana offside dan mana yang bukan, kerap obral kartu merah tanpa beban, sampai menutup mata meski di depan mata terjadi pelanggaran.
keributan kala pertandingan babak 16 besar antara Farmel FC Tangerang vs Persikota Tangerang juga karena wasit. Pemain Persikota memutuskan walk out di menit ke-65 gara-gara tak tahan pada kepemimpinan wasit Untung Santoso, asisten wasit Hidayat, dan asisten wasit Yulianto, yang dinilai berat sebelah.
Kericuhan ini mendorong pemilik klub Persikota Tangerang, aktris Prilly Latuconsina, mengekspresikan keheranannya ke internet. Halaman Wikipedia Farmel FC langsung jadi sasaran protes publik.
Farmel FC sendiri memang tengah jadi sorotan setelah Februari lalu juga dianggap diuntungkan wasit kala berhadapan dengan Bandung United, berujung aksi pengiriman surat protes dari jajaran Bandung United kepada PSSI.
CEO Farmel FC Eko Setyawan merespons dan membela timnya. “Soal wasit, saya juga katakan di level Liga 1 saja banyak yang terjadi missed. Jadi, saya sedih dan kecewa kalau kami dituduh bayar wasit dan ‘bermain’ untuk menang. Terus terang, saya bangga dengan perjuangan dan kerja keras para pemain Farmel FC saat melawan Persikota,” ujar Eko dilansit vice.com.
Tapi kemarahan tak hanya datang dari pihak lawan. PSSI merespons ketidakbecusan wasit dengan cukup keras. Pasalnya, selain Farmel FC lawan Persikota Tangerang, pertandingan babak 16 besar Liga 3 antara Deltras Sidoarjo vs PS Palembang juga diwarnai keributan akibat ketidakpuasan pemain akan keputusan wasit.
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan, biasa dijuluki Iwan Bule, terekam marah-marah pada pertemuan jajaran PSSI dengan para wasit secara virtual, Selasa (8/3) kemarin. Iwan sampai perlu mengancam akan memakai wasit luar negeri apabila kesalahan pengadil terus-terusan terjadi.
“Saya merasa terganggu dengan adanya masalah keputusan-keputusan kontroversial yang dibuat oleh para wasit yang bertugas. Bisa jadi opsinya saya mencari wasit-wasit lain dari luar negeri. Saya tidak ingin dicap ada permainan di dalam PSSI. Bisa berubah kalian? Saya berdarah-darah dan jatuh bangun membangun sepak bola yang sempat berhenti nyaris dua tahun,” kata Iwan dilansir situs resmi PSSI. Mantap, meski marah-marah, doi tak lupa menyisipkan pengakuan untuk diri sendiri.
Sementara itu, Sekjen PSSI Yunus Nusi menyatakan telah mencoret nama para wasit Liga 3 yang terlibat dalam pertandingan Farmel FC vs Persikota Tangerang. Para wasit tersebut juga kini sedang menunggu sidang komisi disiplin (komdis) PSSI untuk mendapatkan sanksi.
“Sambil menunggu sidang komdis, PSSI sudah mengambil sikap tegas terhadap perangkat dan telah memulangkan perangkat yang memimpin dan ada sanksi berikutnya terhadap wasit,” kata Yunus dilansir Indosport. “PSSI telah menerima laporan pengawas dan panpel [panitia pelaksana] pertandingan Persikota vs Farmel FC tentang perkelahian antar-pemain, mundurnya Persikota pada pertandingan tersebut, termasuk kekecewaan official Persikota terhadap wasit.”
Keputusan pencoretan ini ditentang pengamat sepak bola nasional Tommy Welly. Bung Towel, sapaan akrab Tommy, meminta PSSI enggak serta-merta memulangkan wasit, melainkan harus mengadakan investigasi terlebih dahulu terkait keputusan-keputusan yang dibuat.
Penyelidikan dilakukan agar publik bisa paham kesalahan para wasit yang terjadi memang termasuk kelalaian atau justru kesengajaan.
“Kalau kita lihat PSSI seolah meresponsnya gerak cepat, langsung pulangkan wasit. Harusnya jangan dipulangkan, tapi diisolasi untuk diusut dan diinvestigasi, agar ketahuan akar masalahnya,” ucap Bung Towel dilansir CNN Indonesia. “Apakah wasit itu memang tidak cakap dalam memimpin pertandingan atau ada faktor lain yang mempengaruhi performa wasit. Ini yang ditunggu oleh publik, kenapa wasit selalu kontroversial.”
Kecurigaan Bung Towel jelas berdasar. Pada Selasa (8/3) kemarin saja, Mapolda Jatim baru menetapkan Bambang Suryo, Dimas Yopi Perwira Nusa, Imam, dan Ferry Afrianto sebagai tersangka kasus pengaturan skor Liga 3 Zona Jawa Timur.
Keempatnya kini ditahan untuk memudahkan penyelidikan, sembari dijerat UU 11/1980 tentang Tindak Pidana Suap Pasal 2. Satu orang lain yang juga diduga terlibat, Heri Pras, masih mangkir dari panggilan polisi sehingga sedang direncanakan penangkapan.
Kasus ini terungkap saat pemilik klub Liga 3 Gresik Putra Paranane FA, Zha Eka Wulandari, melaporkan dua pemain dan seorang kitman di timnya yang terlibat pengaturan skor kepada Asosiasi Provinsi PSSI Jatim, 15 November silam.
Pada pertandingan timnya melawan Persema Malang, kedua pemain dan satu kitman diduga menerima uang dari Bambang Suryo dan Ferry. Nominal disebut berkisar Rp20-70 juta.
Bambang kemudian berceloteh bahwa dirinya tidak bersalah, sembari menyebut akan membeberkan nama-nama tokoh yang beneran terlibat dalam pengaturan skor pertandingan Liga 3, “Dari federasi sampai klub ada, Mereka sebenarnya bermain,” ucap Bambang, dilansir dari Jawa Pos.
Kalau udah begini, memang naif rasanya kalau ketidakbecusan wasit hanya dianggap sebagai murni inkompetensi. Harapannya, Ketua PSSI yang jelas siap berdarah-darah demi membangun sepak bola Indonesia bisa segera melakukan penyelidikan.
EMbe