Penanews.id, JAKARTA – Sewaktu admin Twitter PSS Sleman mengabarkan bergabungnya dr. Elwizan Aminudin di tim tersebut, Februari tahun lalu, sejumlah netizen memberi respons optimistis.
“Kayaknya dokter beneran nih,” bunyi salah satu reply yang aslinya pakai bahasa Jawa.
Baca Juga:
“Orang berkompeten sudah masuk. Tinggal orang-orang yang tidak berkompeten keluar,” sambar satu netizen lain.
Twit tersebut kini jadi tertawaan dan dihujani balasan-balasan baru. Pemicunya: Elwizan Aminudin alias Amin baru saja resmi dinyatakan sebagai dokter gadungan.
Pernyataan resmi tersebut disampaikan Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), penyelenggara Liga 1 Indonesia, Akhmad Hadian Lukita kepada media, kemarin (2/12).
“Kami sudah komunikasi dengan satgas Covid-19 LIB. Dari hasil penelusuran memang ijazah yang bersangkutan (Elwizan Aminudin) tidak terdaftar,” bunyi pernyataan Lukita, dilansir VOI.
Temuan ini jadi fakta mengerikan. Pasalnya, Amin terhitung dokter senior yang langganan mendampingi klub-klub sepak bola Indonesia. Kariernya dimulai sejak 2011, ketika menjadi dokter tim Persita Tangerang.
Sebelum masuk di PSS Sleman pada 2020, ia juga pernah menangani PS Barito Putera, Bali United, Madura United, Sriwijaya FC, PS Tira, Kalteng Putra, hingga timnas U-19 dan U-16. Sungguh penipu ulung, segan kami dibuatnya.
Dengan rekam jejak wow tersebut, dalam rentang karier 10 tahun, permainan Amin terhenti bukan karena sebuah investigasi mendalam dan berbahaya. Statusnya sebagai dokter gadungan sekadar diungkap akun Twitter @iqbalamin89 pada 1 Desember lalu.
Iqbal, yang menurut biodatanya seorang kardiolog, menyebut bahwa nomor Surat Tanda Registrasi (STR, tanda terdaftar di Konsil Kedokteran Indonesia/KKI) dan ijazah dokter milik Amin palsu karena tidak terdaftar di situs web KKI, Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti), maupun di Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Twit Iqbal tersebut tampaknya yang jadi dasar laporan Wakil Ketua Satgas Liga 1, dr. Alfan Nur Asyhar, kepada Lukita. Dalam laporan Alfan, ia tak menemukan data diri Amin di situs KKI dan IDI. Alfan kemudian melapor pula ke Komite Medik Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Satgas Liga 1, dan klub PSS.
“Untuk mendukung kepastian informasi yang kami dapatkan ini, PSS membuat surat resmi ke FK [Fakultas Kedokteran] Unsyiah [Universitas Syiah Kuala Aceh] untuk meminta konfirmasi keabsahan ijazah ‘dr.’ EA,” terang Alfan kepada Bola.
Hasilnya: tak ada data bahwa Amin lulus dari FK Unsyiah, seperti yang diakuinya. “Diperkuat dengan cek bersama rekan-rekan dokter alumnus FK Unsyiah, ternyata ada kejanggalan di ijazah ‘dr.’ EA,” tambahnya.
Menurut Lukita yang mengutip kabar dari PSSI, Amin telah disanksi dan tak lagi bekerja di PSS. Belum diketahui apa sanksi yang diterimanya, namun yang pasti, ia tak dipecat (apalagi secara tak hormat) oleh PSS.
Direktur Utama PT PSS Andy Wardhana Putra mengatakan kemarin (2/12), Amin sudah mengundurkan diri di hari munculnya twit Iqbal tersebut (1/12) tapi dengan alasan menjaga ibu yang sakit.
“Sudah meninggalkan PSS hampir dua minggu [cuti], waktu itu dia izin karena ibunya sedang kritis. Akhirnya kemarin siang dia mengajukan pengunduran diri verbal karena harus menjaga ibunya dan belum bisa kembali ke Sleman,” ujar Andy kepada Detik.
Pemain PSS Sleman Saddam Gaffar yang mengalami cedera pada bulan lalu mengaku tak pernah mencurigai Amin dokter palsu.
Namun, kepada CNN Indonesia dia mengatakan, saat cedera sempat dinasihati Nando agar meminta pendapat dokter Timnas lain, dr. Dicky Mohammad Shofwan.
Kisah lain dialami mantan pemain Persita, Leo Saputra, yang diwawancarai Jawa Pos. Ia mengalami cedera saat melakoni pertandingan melawan Sriwijaya FC pada 2014.
“Sebagai dokter tim, tentu dia [Amin] menghampiri saya untuk mengecek keadaan di lapangan,” tutur Leo kepada Jawa Pos.
“Namun, ada yang lucu. Saat itu, Amin meminta saya berdiri. Padahal, yang namanya baru mengalami cedera ACL di pertandingan, kaki serasa copot. Tidak bisa digerakkan. Jadi, bagaimana bisa saya bangun? Mau marah, tapi lagi kesakitan. Hahahaha.”
Bermodal ijazah bodong, menjalani karier di bidang sangat teknis pula, apa sih resep sukses penyamaran Amin hingga bisa gonta-ganti klub? Menurut dokter tim Arema FC, dr. Nanang Tri Wahyudi SpKO, ini karena proses perekrutan dokter tim tak berbeda dengan rekrutmen karyawan lain. Cukup mengumpulkan berkas administrasi dan wawancara, tanpa verifikasi kompetensi.
“Dokter palsu ini bisa pindah-pindah klub karena pendekatan ke manajemen atau pelatih, bukan karena skill dan kompetensinya,” kata Nanang kepada Kompas.
SUMBER: vice.com