Penanews.id, SURABAYA – Tiga mahasiswa Unair Surabaya, dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, menemui Anggota DPRD Jawa Timur Mahfud S.Ag Rabu, 1 Desember 2021.
Mereka mengajak diskusi politikus PDIP itu untuk menambah pengetahuan tentang khazanah perpolitikan di Pulau Madura khususnya, khususnya terkait ‘Marketing Politik’ politisi Madura.
Mereka menilai sosok Mahfud S.Ag adalah narasumber yang pas. Berlatarbelakang santri dan mampu dua kali lolos ke Indrapura.
“saya dan rekan-rekan saya dari jurusan Ilmu Politik Universitas Airlangga melakukan wawancara mengenai strategi marketing politik oleh Pak Mahfud. Bagi kami, Madura yang kental dengan nilai-nilai keagamaan, menjadi menarik diteliti tentang bagaimana hambatan dan strategi yang dilakukan oleh Pak Mahfud sehingga memperoleh suara yang banyak dan dapat menduduki kursi di DPRD Jatim” tutur Jihan, salah satu mahasiswa.
Mendengar prolog itu, Mahfud memulai dengan menjelaskan karakteristik umum masyarakat Madura yang menurutnya punya komitmen tinggi. Ini tercermin dari satu falsafah hidup orang Madura yaitu Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih Mata.
“Saya ucapkan terima kasih pada teman-teman yang mau berdiskusi prihal politik Madura. Jadi pertama perlu di fahami bahwa di Madura itu masyarakat nya mempunyai komitmen yang tinggi, bahkan ada istilah ‘lebih baik putih tulang dari pada putih mata’. Ini sebagai landasan filosofis orang Madura dalam berkomitmen,” Kata Mahfud.
“Jika banyak stigma bahwa orang Madura itu pragmatis dan jika ada uang semua nya akan gampang, itu merupakan stigma yang salah dan harus diluruskan. Jadi orang Madura itu punya harga diri yang sangat tinggi dan tali persaudaraan yang sangat erat dan itu semua tidak bisa dibeli dengan uang (pragmatis),” Dia menambahkan.
Menurut Alumnus Uinsa ini, setiap desa di Madura mempunyai tokoh-tokoh. Para tokoh ini menjadi rujukan masyarakat dalam banyak hal, termasuk dalam pilihan politik. Maka, menjaga hubungan baik dengan para tokoh ini menjadi penting.
“Jadi di Madura itu kental akan budaya dan karakter. Ada golongan para kiyai, para santri, tokoh Blater, para petani, akademisi atau aktivis dan masih banyak yang lainnya. Kuncinya kita harus bersilaturahmi dengan mereka, dan memaparkan ide ide cemerlang kita untuk membangun Madura. Dan kita juga harus siap diberikan masukan dan kritikan dari mereka, intinya kita komitmen dengan ide politik yang kita tawarkan dan di madura itu masyarakat tidak fanatik. Jadi dia lebih memilih yang rasional” tuturnya.
Mahfud pun mencontohkan perjalanan dirinya untuk jadi DPRD Jatim yang tak mudah itu.
“Jadi pada periode pertama yakni 2014-2019 saya mencalonkan dengan biaya politik yang lumayan banyak, karena memang membengkak di akomodasi dalam menjalin silaturahim pada tokoh dan masyarakat, memperkenalkan diri dengan gagasan,” Katanya.
“Nah, di periode kedua ini biaya politik saya lebih rendah, kenapa? Karena masyarakat menilai kinerja dan komitmen ide politik yang saya sampaikan tadi, jadi terpenting dalam marketing politik di Madura itu adalah mau bersilaturahim dan komitmen dengan gagasan politiknya,” Katanya lagi.
Dari pengalamannya itu, Mahfud menegaskan masyarakat Madura tidak pragmatis.
“Saya sampaikan lagi bahwa di Madura itu masyarakatnya Teguh dengan komitmen dan tidak pragmatis, banyak para caleg yang mengandalkan uang tapi tidak jadi” jelas Mahfud yang juga ketua Ika PMII Surabaya.
KMS.