Oleh: Natasya AK/200/FarmasiE
Aku pernah takut menghadapi kepergian sebab cintaku sudah menancap terlalu dalam.
Namun, sebanyak apa pun aku berkorban, sekuat apa pun aku mencoba bertahan, kepergian tetap tak pernah bisa terhindarkan.
Maka, bila sudah begitu, apa lagi yang bisa aku lakukan selain menikmatinya? Sederas-derasnya hujan, kelak pasti akan reda juga.
Kepergianmu memang menyisakan luka, tapi juga membawaku kepada kebahagiaan yang sesungguhnya.
Sebab bagi orang yang terlalu mencintai sepertiku, patah hati adalah sebuah anugerah. Darinya, aku mengerti ternyata sesakit itu berharap kepada sesuatu yang semu; manusia.
Yang terbaik, Pilihan Allah.
Buku yang berjudul Menikmati Kepergianmu ini adalah buku yang ditulis oleh Alfi Alghazali. Penulis yang mempunyai nama asli Alfi Syahri Ramadhan ini adalah seorang ayah dan seorang suami. Lahir di sebuah kota kecil bernama Pagalaram. Buku ini merupakan salah satu buku yang berhasil menarik perhatian para calon pembacanya.
Buku terbitan tahun 2020 ini membahas berbagai aspek dan hal seputar perasaan. Tak hanya mengenai perasaan cinta, tapi juga berbagai nasihat dan kata-kata indah yang bisa menghadirkan semangat baru menjalani kehidupan. Bisa dibilang, buku ini bisa jadi penguat untuk kembali menyembuhkan hati yang luka.
Membaca buku ini bisa cukup menghibur. Kita akan di bawa hanyut oleh tulisan ini yang sangat mengenai hati. Mulai dari memaknai arti kenangan, belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, mengatasi kesedihan akan luka atau kepahitan yang baru saja dialami, belajar untuk merelakan dan mengikhlaskan, memaknai arti cinta dengan perspektif yang lebih luas lagi hingga mengingatkan kita akan takdir Allah.
Banyak prosa menarik di buku ini. Setiap prosa pun sangat quotable, sehingga cocok dijadikan kutipan bahkan penyemangat. Siapa saja cocok membaca buku ini. Rasanya siapa saja yang sedang galau, baper, butuh penyemangat, bahkan yang sedang ingin belajar memahami perasaannya sendiri, hingga yang ingin berusaha membuka lembaran hidup yang baru sangat pas membaca buku ini. Karena banyak sekali kata-kata motivasi positif dan membangun di buku ini.
Berharap kepada diri sensdiri saja bisa sangat menyakitkan, apalagi berharap kepada orang lain, bisa berkali lipat sakit yang didapat. Saya jadi bisa memetik hikmah perjalanan penuh air mata dari buku ini. Setelah membaca buku ini, saya sadar bahwa kehilangan adalah sebuah kepastian, entah itu tentang seseorang atau itu tentang sesuatu.
Yang terpenting selama Allah ada dipihak kita, kita akan hadapi kehilangan seperti apa pun itu karena kehilangan seseorang tak lebih menyakitkan daripada kehilangan Allah.
Dari buku ini saya akan berlapang menikmati kepergian seseorang. Karena bukankah Allah tak akan mengambil sesuatu dari kita, kecuali akan digantikan dengan yang lebih baik.
Pada jalan yang tersesat, saya sempat merasa bahwa saya hanya sendiri di dunia ini, tidak ada siapa pun yang bersedia mendengarkan, yang bersedia memberi saran atau sekadar ucapan semua akan selesai. Namun, semakin dalam saya tenggelam dalam sunyi, membuat saya tersadar, Allah menyingkirkan semua orang dari hidupku agar saya tahu bawa memang hanya Dia, hanya Allah yang tak pernah meninggalkanku, yang selalu mendengar doa-doaku, yang mejawab semua perkara melalui untaian-untaian ayat suci yang mengobati. Memang benar, kita tak pernah benar-benar sendiri, selalu ada Allah yang menemani walau kadang kita terlambat menyadarinya.
Buku ini berisikan mengenai bagaimana kita bisa menerima segala keadaan yang sedang menimpa kita saat ini. Fase-fase percintaan, bagaimana kita sebelumnya telah mengharapkan seseorang, dimana cinta yang bisa membuatmu candu atas segala hal yang nampak tidak masuk akal, lalu merasakan bagaimana rasa sedih dan kecewa karena cinta, mengikhlaskan, dan mengingatkan kita akan Tuhan.
Dari buku ini saya belajar mengikhlaskan dan sadar akan satu-satunya tempat yang harus sering kita datangi ketika patah hati adalah sajadah. Karena tidak ada yang lebih mengetahui dalamnya luka hati, kecuali Allah. Tidak ada yang lebih memahami air mata, kecuali Allah. Tidak ada yang selalu ada, kecuali Allah. Tidak boleh terlalu berharap kepada makhluk bernama manusia, karena indahnya mencintai adalah mencintai Allah, dan karena Allah adalah segalanya, kini dan sampai kapan pun itu.
Dari buku ini saya percaya bahwa segala sesuatu yang hilang di dunia akan kita temukan penggatinya dan Allah tidak memberikan yang kita inginkan, melainkan yang kita butuhkan.
“Apabila kita meninggalkan apa yang Allah benci, maka Insyaallah, Allah akan datangkan di hidup kita sesuatu yang Allah cintai.”
“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu yang lebih baik.” (HR. Ahmad 5 : 363)
Menurut saya, buku ini dikemas dengan sangat indah oleh sang penulis. Terdapat banyak quotes tentang cinta kepada sesama manusia dan cinta kepada-Nya. Desain dari cover buku ini cukup menarik dengan desain flatnya yang simple namun modern dan isi dari buku ini sangat mudah dimengerti bagi pembaca. Buku ini dapat mengubah cara pandang pembaca tentang makna cinta dan arti ikhlas.
Kekurangan buku ini hanya satu yaitu tidak tersedianya gambar atau sedikit warna di dalamnya, sehingga memungkinkan pembaca akan merasa bosan. Meskipun buku ini memiliki banyak kelemahan, buku ini sangat baik untuk dibaca, oleh remaja maupun dewasa. Karena buku ini juga sangat menginspirasi dan memotivasi.
Penulis: Natasya, Mahasiswa Prodi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang