Penanews.id, SAMPANG – Sekolah online yang diterapkan sejak kemunculam pandemi covid-19 akhir 2019, mempunyai dampak buruk pada siswa.
Menteri Pendidikan Nadiem Makarim mengklasifikasikan dampak buruk itu dalam tiga kelompok.
Pertama, anak menjadi rentan putus sekolah. Hal ini umumnya akibat membantu orang tuanya mencari duit.
Dampak kedua adalah pada tumbuh kembang anak dan ketiga yaitu tekanan psikososial hingga menjadi korban dalam kekerasan dalam rumah tangga karena minimnya interaksi dengan guru, murid dan lingkungan.
Apa yang dikemukakan Nadiem ini juga menjadi kekhawatiran para guru di sekolah. MTs Al Bukhari Kecamatan Sreseh, Kabupaten Sampang misalnya memulai pembelajaran tatap muka dengan memberikan pencerahan kepada para siswa tentang bahaya kekerasan dalam rumah tangga.
Pada Senin, 20 September 2021, yayasan MTs Al Bukhari menggelar seminar dengan tema pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Pemateri seminar ini langsung diisi para ahli dari Dinas Sosial Kabupaten Sampang Bidang Resos.
“Kami sengaja mengadakan seminar ini, untuk membentengi siswa agar tidak menjadi korban kekerasan. Sekaligus memulihkan psikologi mereka pasca libur panjang PPKM,” kata Kepala Sekolah MTs Al Bukhari, Moh Yakub S.Pdi.
Menurut dia, terlalu lama sekolah online membuat anak gampang stres. stres disebabkan oleh minimnya interaksi dengan guru, teman dan lingkungan luar ditambah tekanan akibat sulitnya pembelajaran jarak jauh.
“Selain stres, anak juga mengalami kekerasan yang tidak terdeteksi. Sebab, pelajaran di rumah tanpa diawasi oleh guru sehingga anak mudah terjebak mendapatkan kekerasan dari orang dekatnya,” ungkap pri yang juga Ketua PAC Modung 1 GP Ansor Bangkalan ini.
EMbe