Penanews.id, JAKARTA- Logo di laman mesin pencarian Google hari ini menjadi perbincangan warganet. Hingga Ahad siang, 1 Agustus 2021, 2 juta lebih warganet yang membahas perubahan logo google yang disebut google Doodle.
Logo Google hari ini menampilkan figur perempuan sedang menulis pada kertas-kertas yang berterbangan.
Sosok perempuan itu ternyata Sariamin Ismail. laman tempo.co menyebut wanita kelahiran 31 Juli 1909 di Talu, Talamau, Pasaman Barat, Sumatera Barat ini adalah novelis pertama di Indonesia.
Sariamin Ismail suka menulis sejak kecil. Pada umur 11 tahun, ia telah menulis buku harian yang diberi nama Mijn Vriendin. Pada usia 16 tahun, ia menulis artikel-artikel yang berkaitan dengan semangat perempuan.
Tulisan pertamanya bertajuk “Betapa Pentingnya Anak Perempuan Bersekolah”. Kemudian tulisan ini dimuat pada majalah Asjsjaraq pada 1926.
Ia mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar (Gouvernement School), tamat pada 1921. Empat tahun kemudian dia menamatkan Pendidikan Sekolah Guru (Meisjes Normaalschool) di Padang Panjang.
Setelah lulus dari sekolah gurunya, ia mengajar di Sekolah Gadis (Meijesvolgscjool) di Bengkulu.
Profesi utamanya adalah seorang guru. Namun di sela-sela kesibukannya, ia menjadi seorang penulis. Tulisan-tulisan yang ia terbitkan cukup tajam dan menggetarkan semangat kemerdekaan, dunia perempuan, dan kondisi sosial sekitarnya.
Selain itu, karya sastranya juga berurusan dengan kekasih yang bernasib sial dan peran takdir, serta editorialnya membahas anti-poligami.
Tulisannya diterbitkan di berbagai majalah, seperti Asjsjaraq, Sri Pustaka, Bintang Hindia, Sunting Melayu, Keutamaan Istri, dan surat kabar Persamaan. Kemudian, ia menerbitkan novel pertama bertajuk “Kalau Tak Untung” pada 1933.
Buku ini diterima oleh Balai Pustaka pada 1932. Melalui buku ini, ia menjadi novelis perempuan pertama yang dapat menembus Balai Pustaka.
EMbe