Penanews.id, JAKARTA- Singapura sedang merencanakan era normal baru, agar orang dapat berdamai dan hidup berdampingan dengan virus korona. Dengan demikian, Covid-19 akan diperlakukan sebagai penyakit endemik lainnya seperti flu atau cacar air.
Perdana Menteri Lee Hsien Loong menyatakan bahwa pemerintah Singapura tidak akan lagi berjuang keras untuk menihilkan angka penularan. Sebaliknya, karantina untuk pelancong akan ditiadakan dan orang yang telah kontak erat dengan pasien korona tidak perlu diisolasi. Bisnis akan kembali berjalan normal, seperti sebelum ada pandemi Covid-19.
“Sejarah telah menunjukkan bahwa setiap pandemi akan berjalan dengan sendirinya,” katanya seperti dikutip NZ Herald. “Tidak perlu lagi mengumumkan jumlah kasus harian. Tetapi orang mungkin perlu mengikuti tes untuk pergi ke toko atau pergi bekerja.”
Sebuah road map sedang disusun untuk beralih ke normal baru ini, dan akan dilakukan bersamaan dengan pencapaian tonggak vaksinasi tertentu, kata Menteri Perdagangan dan Industri Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung.
Menurut mereka, prioritas dalam beberapa bulan ke depan adalah mempersiapkan Singapura untuk hidup dengan Covid-19 sebagai penyakit yang berulang dan dapat dikendalikan, seperti dikutip dalam laporan The Straits Times.
“Kabar buruknya adalah Covid-19 mungkin tidak akan pernah hilang. Kabar baiknya adalah mungkin untuk hidup normal dengannya di tengah-tengah kita,” tulis ketiga Menteri Senior yang juga mengepalai Satgas Covid-19 Singapura itu dalam editorial di Straits Times minggu ini.
Kasus minim
Seperti kebanyakan negara, Singapura memiliki puncak kasus awal tahun lalu, mencapai 600 kasus sehari pada pertengahan April. Namun, jumlah kasus positif di negara berpenduduk 5,7 juta ini stabil dari 20 hingga 30 kasus setiap hari.
Hingga pekan lalu, Channel News Asia melaporkan, Singapura telah melaporkan total 62.470 kasus Covid-19. Kementerian Kesehatan mengatakan 141 pasien tetap dirawat di rumah sakit, termasuk lima dalam kondisi kritis di unit perawatan intensif, sementara 181 dalam pemulihan di fasilitas masyarakat.
Sejauh ini, Singapura telah mencatat 35 kematian akibat virus korona. Negeri Singa ini dikenal memiliki kontrol perbatasan yang ketat di sebagian besar negara, termasuk tes pada saat kedatangan, karantina hotel, dan perintah tinggal di rumah.
Semua kontrol ketat itu akhirnya akan dihapus melalui peta jalan yang sedang disusun oleh gugus tugas lintas-kementerian. “Kita tidak bisa memberantas Covid-19, tapi kita bisa mengubah pandemi menjadi sesuatu yang tidak terlalu mengancam, seperti influenza atau cacar air, dan melanjutkan hidup kita,” kata Menteri Yong, Wong, dan Kung dikutip South China Morning Post.
Vaksinasi
Adapun peta jalan itu dimulai dengan vaksinasi massal. Vaksinasi tampaknya sudah efektif dalam mengurangi tingkat infeksi dan penularan. Kebanyakan orang yang divaksinasi lengkap menunjukkan gejala ringan atau tidak sama sekali, saat mereka tertular penyakit tersebut.
Singapura berencana memvaksinasi penuh 70 persen penduduknya sampai awal Agustus 2021. Sejauh ini, tidak ada satu pun warga yang telah divaksinasi mengalami gejala ikutan serius. Dengan cukup banyak orang yang divaksinasi, korona bisa dikelola seperti penyakit endemik lainnya seperti flu biasa atau penyakit kaki dan mulut.
“Tonggak sejarah kami berikutnya adalah memiliki setidaknya dua pertiga dari populasi kami divaksinasi penuh dengan dua dosis sekitar Hari Nasional, pasokan memungkinkan. Kami bekerja untuk memajukan pengiriman vaksin dan untuk mempercepat prosesnya,” kata tiga Menteri Senior Singapura.
Menurut Business Standard, para Menteri mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dan kecerdasan manusia pada akhirnya akan menang atas Covid-19. Selanjutnya, kehidupan bisnis di Singapura akan berlanjut seperti sedia kala. “Kohesi dan kesadaran sosial akan membawa kita ke sana lebih cepat. Kita semua harus melakukan bagian kita.”
Para menteri mengatakan, Covid-19 setidaknya bisa dijinakkan dengan vaksinasi, jika tidak bisa ditaklukkan. “Daripada memantau jumlah infeksi Covid-19 setiap hari, kami akan fokus pada hasil: berapa banyak yang jatuh sakit parah, berapa banyak di unit perawatan intensif, berapa banyak yang perlu oksigen, dan sebagainya,” tutur Menteri Kesehatan Ong Ye Kung seperti dikutip News.com.au.
Peta jalan Singapura ini sangat berbeda dengan Australia. Perdana Menteri Scott Morrison sampai saat ini belum merinci bagaimana perjalanan internasional akan dibuka kembali.
Di Channel 7′ Sunrise, Moriison mengatakan bahwa pembukaan perbatasan bakal menimbulkan risiko besar. “Setelah Anda membiarkannya masuk, Anda tidak bisa mengeluarkannya. Jika kita mengambil langkah lain yang disarankan orang lain, kita harus nyaman dengan 5.000 kasus sehari. Saya tidak berpikir warga Australia akan senang.”
Namun, peta jalan model Singapura ini tampaknya juga akan dipilih oleh Brunei Darussalam. Saat ini di kawasan Asia hanya Brunei Darussalam, Hong Kong, dan Cina yang tidak berisiko tinggi untuk kasus korona.
Menurut Times of India, Kementerian Kesehatan Brunei menginformasikan dalam 413 hari terakhir, sudah tidak ada kasus baru infeksi yang dilaporkan. Kasus infeksi lokal terakhir dilaporkan pada 6 Mei tahun lalu, sehingga pemerintah setempat bersiap untuk melanjutkan kehidupan dan bebas dari pandemi Covid-19.
Sumber: lokadata.id