Penanews.id, JAKARTA – Puluhan ribu penonton terlihat di bangku stadion Wembley, London, saat Timnas Inggris menjamu lawan dalam pertandingan grup Euro 2020 dua pekan lalu. Keriuhan sama terlihat di stadion tenis saat Wimbledon digelar pekan ini. Penonton terlihat tidak memakai masker dan menjaga jarak.
Inggris memang sedang menuju kembali ke kehidupan mendekati normal seperti ketika Covid-19 belum menyerang Bumi, kendati kasus positif baru masih lumayan tinggi 23 ribuan pada Senin (5/7/2021)
Negara itu akan mengakhiri masa pembatasan sosial dan ekonomi akibat pandemi Covid-19 mulai 19 Juli 2021. Perdana Menteri Boris Johnson dalam jumpa pers Senin (5/7/2021) sore, mengkonfirmasi bahwa masyarakat Inggris bersiap untuk hidup berdampingan dengan virus korona.
Namun Downing Street juga menyatakan pelonggaran akan dilanjutkan dalam waktu dua minggu hanya jika empat tes yang dilakukan telah terpenuhi. Keputusan final akan dikonfirmasi pada 12 Juli 2021, setelah peninjauan data terbaru.
Meski keputusan final untuk hidup berdampingan dengan virus korona itu baru akan diambil minggu depan, Johson yakin pelonggaran pembatasan dapat dilakukan. Dia mengatakan langkah yang sama dengan yang telah diambil Singapura itu akan menghilangkan batasan formal pada kontak sosial, instruksi untuk bekerja dari rumah, dan kewajiban memakai masker.
“Kita harus jujur pada diri sendiri bahwa jika kita tidak dapat membuka kembali masyarakat kita dalam beberapa minggu ke depan, maka kita harus bertanya pada diri sendiri kapan kita bisa kembali menjadi normal?” kata Johnson dalam konferensi pers Senin, dilansir Reuters.
Berdasarkan rencana tersebut, klub malam akan diizinkan untuk dibuka kembali dan tidak akan ada batasan kapasitas untuk hotel atau pusat perbelanjaan. Pedoman jarak sosial akan dihapus. “Kami akan menjauh dari pembatasan hukum dan mengizinkan orang membuat keputusan sendiri tentang cara mengelola virus.”
Selain itu, kewajiban memakai masker juga akan dihapus, dan hanya bersifat sukarela tanpa paksaan. “Orang harus belajar untuk hidup dengan Covid,” kata PM Boris Johnson dikutip BBC.
Johnson yakin, program vaksinasi massal dan cepat akan dapat mencegah layanan kesehatan kewalahan oleh gelombang baru Covid-19. Saat ini tingkat penerimaan vaksin di Inggris telah kuat. Per 5 Juli 2021, 86 persen orang dewasa telah menerima dosis pertama dan 64 persen menerima dosis kedua, menurut data pemerintah.
Angka Kesehatan Masyarakat Inggris menunjukkan, vaksinasi telah sangat efektif dalam mencegah keparahan gejala akibat serangan varian Delta.
Untuk menggenjotnya, Johnson mengatakan bahwa orang di bawah 40 tahun akan diundang untuk suntikan vaksin kedua mereka dari delapan minggu setelah dosis pertama mereka, bukan 12 minggu.
Bahkan, pemerintah memastikan persiapan untuk menawarkan dosis ketiga sebagai booster untuk lansia dan kelompok masyarakat yang rentan.
“Jelas, jika kami menemukan varian lain yang tidak merespons vaksin, kami harus mengambil langkah apa pun yang perlu kami lakukan untuk melindungi publik,” kata Johnson seperti ditulis CNBC.
Namun, sementara banyak aturan dan panduan yang akan dihapus, perdana menteri tidak membahas soal isolasi mandiri, pembatasan perjalanan, atau aturan di sekolah. Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara juga tidak mengikuti aturan yang dibuat PM Johnson karena mereka bertanggung jawab atas aturan virus korona mereka sendiri.
Pemerintah Skotlandia, dikutip Wales Online, memutuskan untuk mempertahankan beberapa aturan dasar, termasuk mengenakan masker, sampai peninjauan berikutnya di bulan Agustus.
Aturan tanpa masker dipertanyakan
Rencana pemerintah yang mengendorkan aturan pandemi ini sontak menuai kritik dari Pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer, yang menilai bahwa beberapa aturan seperti memakai masker di transportasi umum seharusnya tetap diberlakukan.
Ketua Asosiasi Medis Inggris, Dr Chaand Nagpaul, menilai dihilangkannya aturan untuk memakai masker di tempat umum sebagai tindakan yang tidak masuk akal di tengah meningkatnya jumlah kasus varian Delta.
Kepada program Today BBC Radio 4, ia mengatakan bahwa selama ini masker wajah terbukti mengurangi penyebaran infeksi. “Kami tidak mengerti mengapa kita secara sadar ingin orang terinfeksi,” kata dia.
Serikat pekerja transportasi umum dan toko juga berpendapat bahwa staf mereka akan sangat riskan jika aturan masker dicabut. Adapun maskapai Ryanair akan tetap mewajibkan penggunaan masker dalam penerbangannya untuk melindungi kesehatan penumpang dan awak.
Namun, dilansir Channel News Asia, Menteri Perumahan Robert Jenrick mengatakan bahwa pemerintah akan menekankan “tanggung jawab pribadi”, termasuk pada pemakaian masker. Dengan demikian, ia berpendapat, setelah masa penguncian di Inggris ini usai, warga tak perlu wajib memakai masker lagi.
Adapun Direktur Medis Nasional untuk NHS Inggris, Stephen Powis, mengatakan infeksi saat ini meningkat tetapi tingkat hunian rumah sakit tidak meningkat setinggi kasus infeksi. “NHS siap untuk menghadapi setiap tekanan yang muncul,” kata dia kepada BBC Breakfast, Minggu (4/7/2021).
Sementara Menteri Kesehatan Junior Helen Whately mengatakan memilih beralih ke pendekatan di mana ada panduan, tetapi orang-orang dapat mengambil tanggung jawab pribadi. “Pilih apa yang Anda anggap benar untuk melindungi diri sendiri dan orang lain,” kata dia kepada News Sky, Senin.
Sumber: lokadata.id