
Penanews.id, JAKARTA– Kedatangan Presiden Joko Widodo ke Pelabuhan Tanjung Priok untuk menyaksikan vaksinasi terhadap sopir, kenek dan pedagang di sana Kamis lalu, dimanfaatkan para sopir curhat soal pungutan liar di sana.
Keluhan itu langsung direspon Jokowi dengan menelpon Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo. Dan tak butuh waktu lama, para preman di Priok pun digulung aparat.
Kemudian terbongkarlah bagaimana para sopir harus membayar uang hanya agar kontainer mereka cepat dibongkar.
Pengusaha yang juga bekas Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti turut berkomentar ihwal pungutan liar atau pungli terhadap sopir truk di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Di Twitter, Susi Pudjiastuti mencuit bahwa pungli di Tanjung Priok bukan satu-satunya. Menurutnya, Pungli telah menjadi hal lumrah dan semakin merajalela di setiap sektor usaha.
“Pungli belakangan menjadi hal yang lumrah, kecenderungan semakin merajalela. Pungli di Priok itu kecil,” kata Susi Pudjiastuti melalui akun twitter resminya @susipudjiastuti.
Susi melanjutkan pungutan liar menjadi marak. “Di kantor-kantor di belakang meja, lobby hotel & cafe dll, membuat semua tidak mudah jalan lancar tanpa pelumas yg bernama pungli. Kita harus mengubah kalimat Roda Pembangunan perlu pelumas!!! Smiling face with tear,” ujarnya.
Sampai saat ini, Polri telah menangkap 49 orang diduga pelaku pungli di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Dari penyelidikan polisi, praktik pungli terhadap pengemudi truk terjadi mulai dari pos sekuriti saat mendekati pelabuhan hingga masuk ke masing-masing depo yang dikelola swasta.
Total, satu truk harus membayar pungli minimal Rp 13 ribu dalam satu hari untuk masuk ke satu depo.
Jika menggunakan estimasi 500 kendaraan kontainer saja yang memasukkan barang, pungli dalam satu hari mencapai Rp 6,5 juta atau maka Rp 13 ribu dikalikan 500.
EMBE