Penanews.id, JAKARTA- Gencatan senjata antara Hamas dan Israel dimulai hari ini, Jumat (21/5). Mediator kedua belah pihak, yaitu Mesir dan Amerika Serikat, berjanji memberikan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Kairo mengatakan akan mengutus dua delegasinya untuk memantau gencatan senjatan. Baik Palestina dan Israel mengaku siap membalas pelenggaran aksi damai apapun yang pihak lawan lakukan.
Sejak konflik terjadi pada 10 Mei lalu, Pejabat Kesehatan di Gaza menyebut ada 232 warga Palestina, termasuk 65 naka-anak, tewas. Lebih dari 1.900 orang terluka akibat bombardir udara.
Israel mengklaim telah menewaskan 160 petempur Hamaz, kelompok yang menguasi Jalur Gaza di Yerusalem Timur.
Jumlah korban tewas di pihak Israel mencapai 12 orang. Ratusan orang dirawat karena terluka akibat serangan roket dan banyak warga terpaksa mengungsi.
Presiden AS Joe Biden mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengupayakan deeskalasi. Mesir, Qatar, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sedang melakukan mediasi kedua belah pihak.
Biden kemarin juga menyampaikan belansungkawa untuk Israel dan Palestina. “Kami akan bekerja sama dengan PBB dan pemangku kepentingan internasional lainnya untuk memberi bantuan kemanusiaan di Gaza,” ujarnya.
Bantuan akan dikoordinasikan dengan otoritas Palestina di bawah komando Presiden Mahmoud Abbas, yang bersebarangan dengan Hamas.
Sebagai informasi, Abbas berasal dari kelompok Fatah yang menguasai Tepi Barat alias West Bank. Pemerintahan Biden tetap berpegang teguh pada perjanjian lama yang dipegang Washington. Di dalamnya tertulis dukungan tegas AS untuk Israel dan hak sah mempertahankan diri dari serangan roket Hamas.
Sikap ini berbeda dengan mayoritas pemimpin dunia yang menyatakan dukungannya kepada Palestina.
Bahkan, salah satu negara dengan perekonomian terbesar dunia, Tiongkok, melakukan hal tersebut. Dalam sepekan terakhir, Beijing memainkan peran lebih aktif dalam krisis di wilayah Timur Tengah tersebut.
EMBE/KATADATA.CO.ID