penanews.id, JAKARTA- Perusahaan startup kopi asal Cina, Luckin Coffee Inc terancam bangkrut akibat skandal laporan penjualan. Pada Jumat lalu, 5 Februari 2021, perusahaan telah mengajukan permohonan pailit kepada US Bankruptcy Court.
“Perusahaan mengajukan kemungkinan fasilitas restrukturisasi utang mereka,” seperti dikutip dari pernyataan resmi Luckin Coffee, Jumat, 5 Februari 2021.
Luckin Coffee didirikan pada 2017 di Xianmen, Cina. Perusahaan ini menjadi pelopor dari jaringan ritel berbasis teknologi yang menyediakan kopi berkualitas tinggi di cafe-cafe mereka.
Dalam menjalankan bisnisnya, Luckin Coffee menggunakan teknologi seperti big data dan artificial intelligence. Sehingga akhirnya Luckin Coffee menempatkan diri sebagai pesaing dari jaringan cafe kopi raksasa asal Amerika Serikat, Starbucks Corp.
Bahkan pada 2018, Luckin Coffee menyiapkan gugatan terhadap Starbucks yang dituduh melakukan monopoli dalam menjalankan bisnisnya. Starbucks dituding menyingkirkan warung kopi lainnya dan menekan industri penyuplai kopi.
Hingga kemudian terjadilah skandal di perusahaan. Per April 2020, penjualan yang dilaporkan Luckin Coffee senilai US$ 340 juta sepanjang tahun 2019 ternyata palsu alias hasil manipulasi.
Perusahaan mengakui terjadinya manipulasi laporan penjualan ini. Sehingga imbasnya, mereka didepak dari bursa efek setempat, Nasdaq Composite, pada Juni 2020.
Pada Desember 2020, perusahaan pun terpaksa harus membayar denda kepada pihak bursa, US Securities and Exchange Comission senilai US$ 180 juta. “Karena sengaja menaikkan pendapatan tahun 2019 dan mengurangi kerugian bersih,” tulis Reuters.
Hingga akhirnya kini, perusahaan mengajukan permohonan pailit sesuai dengan ketentuan BAB 5 pada regulasi US Bankruptcy Core. Dalam beleid ini, Luckin Coffee berpeluang untuk mengamankan aset mereka yang ada di Amerika Serikat.
Meski demikian, perusahaan startup ini memperkirakan permohonan pailit tersebut tidak akan berdampak pada operasional bisnis dan cafe karena masih akan tetap buka. Perusahaan pun juga berkomitmen untuk membayar semua tagihan staf dan pemasok kebutuhan cafe.
sumber: tempo.co