• Redaksi
  • Pedoman
  • Hubungi
  • Karir
  • Iklan
  • Policy
  • Disclaimer
Rabu, 3 Maret 2021
Penanews.id
  • Nasional
  • Nusantara
  • Madura
  • Jatim
  • Tekno
  • Wisata & Kuliner
  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Opini
  • Jepret
Tidak ditemukan
Lihat Semua
  • Nasional
  • Nusantara
  • Madura
  • Jatim
  • Tekno
  • Wisata & Kuliner
  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Opini
  • Jepret
Tidak ditemukan
Lihat Semua
Penanews.id
Tidak ditemukan
Lihat Semua
Beranda Opini

Pandji, NU dan Kita

Minggu, 31 Januari 2021 14:05
di Opini
0 0
2
91
Dilihat
FacebookTwitterWhatsApp
  • Sekjend Bintang Muda Indonesia Provinsi Jawa Timur

Oleh: Jakfar Shodik

Dalam dua pekan terakhir, nama Pandji Pragiwaksono tiba-tiba menjadi buah bibir dibeberapa kanal medsos. Hal tersebut berawal dari pernyataannya terkait peran tiga ormas yang dia kutip dari pendapat sosiolog Thamrin Tomagola. Elitisme ulama NU dan Muhammadiyah adalah pembeda dari FPI, aialah kesimpulan yang Pandji setujui. Bahkan dia mengimbuhkan pintu-pintu ulama FPI terbuka untuk warga, sebaliknya pintu NU dan Muhammadiyah tertutup rapat.

Baca Juga:

Undang-undang Cipta Kerja Menyengsarakan Rakyat Kecil

Pertama kali saya mengetahui sosok multitalenta itu, saat ia muncul dalam program Talkshow yang bertajuk Provocative Proactive disalah satu stasiun televisi swasta. Acara yang dikemas dengan suasana yang santai dan sangat enak ditonton, khas anak muda. Sehingga tidak heran jika
mendapat tempat tersendiri dikalangan millennial. Ronald Surapradja, Raditya Dika dan J Flow tidak saja berperan sebagai pendamping, bahkan merekalah yang terkadang mampu mencairkan kebuntuan suasana talkshow.

Menilik unggahan yang menjadi ramai itu, Pandji seakan-akan alpa bahwa berbicara dan menilai peran dari NU, Muhammadiyah dan FPI, tidak cukup dengan memakai kacamata medsos. Apalagi menggunakaan kacamata Jakarta khas Petamburan, disitulah titik lemah Pandji. Dia terjebak dan termakan isyu kekinian tanpa mendalami dan mampu menguasai materi yang dibahas. Sangat berbeda saat mengomentari penampilan kontestan Stand Up Comedy.

Saya mungkin salah satu orang yang mengikuti perkembangan Stand Up Comedy di Indonesia, dimana Pandji hingga saat ini masih berkibar. Namun, “lawakan” Pandji terkait NU dan Muhammadiyah ini, sungguh tidak lucu. Dan menjatuhkan kredibilitasnya sebagai sosok komedian cerdas dan objektif bagi sebagian kalangan, terutama bagi kader muda NU dan Muhammadiyah, dimana sahabat-sahabat saya banyak berada didalamnya.

Pembicaraan tentang Muhammadiyah tidak akan saya tulis secara detail, karena saya tidak mengetahui secara utuh dan sempurna. Informasi tentang peran ormas yang berusia lebih dari satu abad ini juga bertebaran dibeberapa tempat. Saya bersinggungan dengan Muhammadiyah juga tidak terlalu dalam, sebatas pada beberapa momentum melalui kader-kader mudanya. Itupun tidak berlangsung lama.

Belajar Muhammadiyah secara langsung saya rasakan saat menemani salah satu divisi panitia lokal dalam rangka persiapan satu abad Muhammadiyah, atau dengan guru-guru saya di UIN Sunan Kali Jaga. Tidak bisa dihilangkan jalinan persahabatan saya dengan mantan Ketua IMM Jogja sekaligus teman kos yang sekarang menjadi dosen, Danuri Kasino. Disitulah puncak saya mengenal Muhammadiyah, hampir secara utuh. Muhammadiyah secara keseluruhan mungkin dapat saya potret dari peran keluarga sabahat saya tersebut. Yang sekaligus mematahkan kesimpulan dari apa yang Pandji pahami tentang Muhammadiyah.

Demikian halnya dengan Nahdlatul Ulama, pengkerdilan terhadapnya sungguh sangat tidak bijak. Mengenal NU tentu tidak hanya melihat NU struktural saja, dan menafikan pada peran NU kultural yang berada dikampung-kampung. Istilah NU kultural ini biasanya disematkan kepada kiai-kiai didesa-desa yang “tidak terkenal” dan jauh dari pemberitaan media, karena tujuan hidup mereka memang bukan untuk itu. Mereka murni berjuang dan bisa memberi bermanfaat untuk warga disekitarnya.

Menjadi anggota keluarga dari NU kultural, akan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana pengorbanan yang diberikan oleh mereka. Yang terkadang harus mengorbankan kepentingan anak-anak dan keluarganya. Tidak hanya membantu dalam hal Pendidikan dan kesehatan yang dipuja puji Pandji terhadap FPI, kiai kampung berperan jauh lebih besar dibanding itu. Karena kiai kampung akan memastikan warga dan santrinya bisa hidup sesuai dengan tuntunan agama.

Pandji sepertinya tidak mendapatkan informasi yang benar, berapa ribu pesantren NU di Indonesia yang menggratiskan santrinya. Pandji juga sepertinya tidak mengetahui bahwa kiai dan ibu nyai kampung waktunya diberikan kepada masyarakat selama tujuh hari, 24 jam penuh. Tidak susah menemui fakta ini, dari dulu hingga sekarang.

Pandji seperti terjebak pada faksi politik yang sengaja dihembuskan untuk menjatuhkan satu golongan.
Pandji tidak akan pernah merasakan kekhawatiran, orangtuanya yang sudah sepuh keluar rumah ditengah malam untuk memandikan orang yang meninggal. Tanpa peduli hujan dan cuaca dingin yang mencengkeram.

Pandji juga pasti tidak pernah mengalami uang lauk keluarga dipotong demi memastikan Pendidikan berjalan. Saya juga yakin, Pandji tidak tahu rasanya menjadi anak dari kiai kampung yang pernah menjadi sasaran fitnah demi kemajuan pendidikan.

Perjuangan dan pengorbanan kiai kampung dan keluarga besarnya, bukan cerita fiktif ala film dan talkshow yang pernah Pandji tulis dalam sebuah script dan dia perankan. ia juga bukan materi Stand Up Comedy yang bisa ditertawakan. Apalagi membandingkan dengan selembar kertas lalu NU dinafikaan. Perjuangan dan pengorbanan itu ada dan nyata, dan tidak harus diposting lalu disebarkan. Untuk mendapatkan like, subscribe, sponsor dan adsense hingga cuan!.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk menghakiminya, apalagi merespon dengan sikap berlebihan. Melainkan sebagai ajang refleksi bagi kita bahwa, jika tidak menguasi suatu persoalan dengan sempurna, lebih baik diam.
Selamat Ulang Tahun Nahdalatul Ulama!. Darma Bhakti kupersembahkan!

Tags: Catatan putra Kiai DesaGerakan pemuda Jawa timurHarlah NUKader NUNahdlatul UlamaPWNU JatimPWNU Jawa timur
BagikanTweetKirim

Berita Terkait

Genealogi Politik HMI dan Masyumi (Sebuah Refleksi)

Genealogi Politik HMI dan Masyumi (Sebuah Refleksi)

1 minggu yang lalu
26
Kudeta Myanmar dan Indonesia

Kudeta Myanmar dan Indonesia

4 minggu yang lalu
21
PDI Perjuangan dan Perlawanan Terhadap Politik Identitas   Oleh Mahfud. S.Ag

PDI Perjuangan dan Perlawanan Terhadap Politik Identitas

2 bulan yang lalu
105
Diskusi bulanan PAC IPNU dan IPPNU Konang: Kisah di Balik Bubarnya FPI

Diskusi bulanan PAC IPNU dan IPPNU Konang: Kisah di Balik Bubarnya FPI

2 bulan yang lalu
85
Dibutuhkan, Sebuah Desa

Dibutuhkan, Sebuah Desa

2 bulan yang lalu
14
Mengenang Gus Dur Lewat Cerita Gus Mus

Mengenang Gus Dur Lewat Cerita Gus Mus

2 bulan yang lalu
33
Berikutnya
Banjir Kalsel Ubah HISAN dari Organisasi Alumni Jadi Relawan Kemanusiaan

Banjir Kalsel Ubah HISAN dari Organisasi Alumni Jadi Relawan Kemanusiaan

Comments 2

  1. Ahmad sinwani says:
    1 bulan yang lalu

    Anggap saja fans dari Pandji sudah salah mengidolakannya, lalu untuk para penulis kenapa tidak merekomendasikan seorang comedian yang baik ? Apakah selalu akan menunggu kesllahan dari seseorang ?

    Balas
  2. Ahmad sinwani says:
    1 bulan yang lalu

    Hormat kami terhadapa penulis,
    Tulisannya sangat bagus, tapi menjatuhkan mental pembaca, karena pengalaman dari penulis terasa langka bagi kaum rebahan

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Trending
  • Comments
  • Terbaru
Mati Satu Tumbuh Seribu: IndoXX1 Tutup, Ini Dua Situs Penggantinya!

Mati Satu Tumbuh Seribu: IndoXX1 Tutup, Ini Dua Situs Penggantinya!

2 Januari 2020
Seorang Anak Membacok Selingkuhan Ibunya Hingga Tewas di Bangkalan

Seorang Anak Membacok Selingkuhan Ibunya Hingga Tewas di Bangkalan

27 April 2020
Warga Blega Positif Corona versi Tes PCR, Baru Datang dari Jakarta

Warga Blega Positif Corona versi Tes PCR, Baru Datang dari Jakarta

3 April 2020
Polisi Bangkalan Ungkap Kasus Begal Online, Modusnya Jual Motor Murah di Facebook

Polisi Bangkalan Ungkap Kasus Begal Online, Modusnya Jual Motor Murah di Facebook

8 Januari 2021
Kenali eSIM Sebelum Membeli iPhone 11

Kenali eSIM Sebelum Membeli iPhone 11

20
Pendidikan Ekstra Kurikuler Sebagai Pendidikan Membentuk Karakter Siswa Sejak Dini

Pendidikan Ekstra Kurikuler Sebagai Pendidikan Membentuk Karakter Siswa Sejak Dini

15
Pikap Seruduk Truk di Suramadu, Sopir dan Kenek Tewas

Pikap Seruduk Truk di Suramadu, Sopir dan Kenek Tewas

7
Kecanduan Hubungan Intim, Janda 3 Anak Melakukan Hubungan Intim Sehari 5 Kali Tidak Puas

Kecanduan Hubungan Intim, Janda 3 Anak Melakukan Hubungan Intim Sehari 5 Kali Tidak Puas

6
Presiden Jokowi Cabut Izin Investasi Miras di Indonesia

Presiden Jokowi Cabut Izin Investasi Miras di Indonesia

2 Maret 2021
Tinjau Pesantren yang Terkena Longsor, DRPD Jatim Upayakan Asrama Dibangun Kembali

Tinjau Pesantren yang Terkena Longsor, DRPD Jatim Upayakan Asrama Dibangun Kembali

1 Maret 2021
Artidjo Alkostar: Jika Ingin Koruptor Bisa Dihukum Mati, Amandemen Dulu Pasal Korupsi

Artidjo Alkostar: Jika Ingin Koruptor Bisa Dihukum Mati, Amandemen Dulu Pasal Korupsi

1 Maret 2021
Tak Ada Santunan COVID-19, Risma: Kemensos Kehabisan Uang

Tak Ada Santunan COVID-19, Risma: Kemensos Kehabisan Uang

1 Maret 2021
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Hubungi
  • Karir
  • Iklan
  • Policy
  • Disclaimer

© 2019 @Penanews.id All Rights Reserved

  • Nasional
  • Nusantara
  • Madura
  • Jatim
  • Tekno
  • Wisata & Kuliner
  • Olahraga
  • Ekonomi
  • Opini
  • Jepret

© 2019 Penanews.id All right reserved.

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In