
oleh: Asep Irama
Kekalahan PKB di sejumlah kabupaten dan kota di Jawa Timur pada Pilkada 2020 menunjukkan semakin dinamisnya preferensi pemilih dalam kontestasi politik.
Mereka tidak hanya menjadikan sentimen ideologis-relijius sebagai faktor paling dominan dalam menentukan pilihan. Persepsi bahwa PKB sebagai representasi atau saluran politik praktis kalangan nahdliyin mulai tidak berlaku.
Masyarakat Jawa Timur mulai menyadari bahwa banyak politisi potensial yang berasal dari nahdliyin justru bergabung dengan partai lain selain PKB.
Lemahnya kaderisasi di internal partai menjadi faktor paling dominan dalam kekalahan PKB di sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur.
PKB gagal mengorbitkan kader-kader potensialnya. Padahal, Jawa Timur sendiri adalah basis PKB.
Hal tersebut tentu berpengaruh pada militansi kader. Mereka tidak akan begitu solid ketika rekomendasi partai jatuh pada non kader.
Kekalahan PKB pada Pilkada 2020 di sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur akan berimbas terhadap kontestasi elektoral 2024.
Sebab, kepala daerah terpilih, paling tidak mampu memengaruhi dan menentukan perolehan suara pada kontestasi elektoral 2024.
Sehingga, Jawa Timur akan semakin dinamis dan sulit ditebak. Sebab, PKB mulai melemah dan kehilangan kekuatannya di Jawa Timur.
Berdasarkan data yang kami himpun, PKB hanya memenangkan 3 daerah pada Pilkada 2020 di 19 kabupaten/kota di Jawa Timur.
Sedangkan, partai pesaing terberatnya, PDIP justru memenangkan 11 daerah dari 19 kabupaten/kota di Jawa Timur yang sedang menyelenggarakan Pilkada.
Hal ini menjadi indikasi kuat PKB sudah mulai lemah di Jawa Timur.
Asep Irama
Direktur Eksekutif indoPublika
(Lingkar Studi Politik & Kemanusiaan)