
penanews.id, LUMAJANG – Sebagai bentuk mengenang dan menghormati perjuangan mendiang Salim Kancil dalam usahanya merawat dan menjaga kelestarian alam. Kelompok pecinta alam di Lumajang dan dari kabupaten Banyuwangi, Jember dan Malang, menggelar Peringatan Hari Pohon Sedunia di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian pada Sabtu, 21 November 2020.
Kegiatan bertajuk “Terus Tandur Ojok Mundur” ini sendiri digelar selama dua hari dengan dua agenda kegiatan berbeda. Diantaranya diskusi pelestarian kawasan pesisir dan menanam pohon di lahan milik almarhum Salim Kancil.
Seluruh kegiatan tetap memperhatikan protokol kesehatan ditengah pandemi Covid-19. Dua narasumber asal Malang yaitu Koordinator Sahabat Alam Indonesia, Andik Saifudin dan Guru Besar Universitas Brawijaya Malang, Prof. Lukman Hakim turut hadir memberikan motivasi untuk terus aktif dalam melestarikan alam.
Dalam diskusi tersebut, Koordinator Sahabat Alam Indonesia, Andik Saifudin mengapresiasi semangat kalangan pemuda-pemudi Lumajang yang turut serta aktif dalam kegiatan tersebut.
Hal itu menurutnya menjadi nilai positif dan langkah baik dalam kegiatan-kegiatan konservasi lingkungan.
Dia menerangkan kondisi saat ini tidak banyak pemuda-pemudi di Indonesia yang peduli dengan isu lingkungan dan sosial kemasyarakatan. Dia menyebutkan semangatnya seringkali setengah-setengah.
Andik menyebutkan mereka hanya aktif dalam kegiatan yang bersifat sport dan rekreasional seperti naik gunung atau menyelam di laut. Sedangkan ketika diajak pengabdian ke masyarakat banyak alasan dan enggan berpartisipasi.
“Ayo kita ke gunung, ke pantai, ayo nyelam. Yang datang gruduk. Tapi, ketika diajak pengabdian, yang datang cuma 3-4 orang. Malah kadang tidak ada. Makanya, saya bersyukur bisa ketemu dengan teman-teman yang satu frekuensi seperti ini,” kata dia dalam keterangannya.

Lebih dari itu, dia menyampaikan juga diperlukan aksi nyata dengan turun ke lapangan dan berbaur dengan masyarakat untuk mengetahui cerita, masalah serta ilmunya. Dengan tujuan agar tidak salah dalam melakukan kegiatan konservasi.
“Ketika sekedar menuntut saja dan mengatakan Selamatkan hutan kita, laut kita, bumi dan air. Tapi, tidak pernah terjun ke masyarakat. Itu akan percuma. Dia bisa dikatakan hanya aktivis level sosial media dan cafe saja,” ujarnya.
Menurut Andik, tujuan turun ke lapangan dalam kegiatan konservasi untuk mengetahui cerita, masalah, ilmu serta mendapatkan pengalaman dan jaringan.
Sehingga, berangkat dari itulah bisa mengetahui situasi dan kondisi sebenarnya di lapangan untuk bisa memberikan solusi jika seandainya ada suatu masalah.
“Cerita, ilmu, pengalaman dan jaringan itu tidak bisa di titipkan ke orang lain. Harus kita sendiri. Misalnya, cara menyelesaikan konflik seperti apa. Kalau kita tidak pernah terjun ke masyarakat. Kita tidak akan tahu caranya,” terangnya.
Senada dengan yang disampaikan Guru Besar Universitas Brawijaya, Prof. Lukman Hakim bahwa konservasi adalah menejemen atau pengaturan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Sehingga perlu adanya ilmu untuk mengaturnya agar berjalan dengan baik dan memberikan manfaat untuk semuanya.
Selain ilmu, dia menyampaikan juga perlu adanya seni dalam mengatur sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tersebut.
Akan tetapi, dia menyampaikan untuk bagaimana mendapatkan seninya memang harus turun ke lapangan dengan ikut serta dan aktif seperti kegiatan sekarang ini.
“Seperti kegiatan saat inilah (Peringatan Hari Pohon Sedunia). Kita dapat dua. Kita dapat ilmu, begitu juga seninya,” kata dia dalam keterangannya.
Meski begitu, Lukman berpesan kepada pemuda dan pemudi di Lumajang agar tidak berhenti di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) saja.
Dia meminta agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya. Baik di perguruan tinggi, pondok pesantren dan lain sebagainya.
“Tujuannya apa, untuk bergaul dengan orang-orang yang memiliki wawasan lebih luas lagi. Sehingga perjuangan konservasi atau pengelolaan lingkungan dilandasi ilmu pengetahuan,” harapnya.
Dia mengungkapkan melakukan aksi nekad dalam mengatur sumber daya alam hayati dan ekosistemnya memang juga diperlukan. Namun, hal tersebut juga diimbangi dengan cakap atau pintar serta cerdas jika dalam suatu waktu menghadapi para perusak lingkungan.
“Mereka (perusak lingkungan) pintar sekali menyusun alasan, alibi dan banyak hal. Makanya, tidak bisa hanya diimbangi dengan demonstrasi. Tapi, juga dengan ilmu pengetahuan itu tadi,” terangnya.
Lukmam juga berpesan kepada pemuda-pemudi bahwa tema kegiatan kali ini yaitu “Terus Tandur Ojok Mundur” jangan hanya dijadikan slogan.
Melainkan bisa diterapkan dalam setiap kehidupan saat ini dan seterusnya untuk dicatat sebagai amal baik yaitu bershodaqoh oksigen.
“Setiap menanam dari biji dan berfotosintes. Anda sudah melakukan shodaqoh oksigen. Ketika terus tumbuh dan tumbuh, amalan anda akan mengalir. Belum lagi ketika pohon itu rindang hingga berbuah dan bermanfaat untuk makhluk Tuhan,” tuturnya.

Sementara, Koordinator Laskar Hijau A’ak Abdullah Al-Kudus menyampaikan kegiatan Peringatan Hari Pohon Sedunia sengaja digelar di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang.
Hal tersebut untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa mendiang Salim Kancil dalam usahanya merawat dan menjaga kelestarian alam.
Dia menyampaikan kegiatan konservasi ini bukan hanya diikuti oleh keluarga almarhum Salim Kancil. Melainkan juga beberapa organisasi masyarakat seperti Laskar Hijau, Gusdurian, organisasi pecinta alam serta beberapa pihak lain di Kabupaten Lumajang yang turut serta menginisiasi dan mensukseskan kegiatan tersebut.
“Alhamdulillah, kegiatan kali ini. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lumajang juga terlibat dan mendukung. Mungkin ini baru pertama kali kita berkolaborasi,” katanya.
Oleh karena itu, A’ak berharap kegiatan-kegiatan serupa kedepannya bisa tetap berkolaborasi dengan tujuan utama menghijaukan tempat-tempat lain di Kabupaten Lumajang.
“Semoga, ketika kita terus semangat melestarikan lingkungan, virus corona segera sirna di muka bumi ini. Khususnya di Lumajang yang sudah ditetapkan sebagai zona merah di Jawa Timur,” harapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Yuli Haris, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lumajang. Dia berharap kolaborasi dengan komunitas pecinta alam sangat penting untuk mewujudkan Lumajang Hijau.
Menurutnya dinas memiliki banyak keterbatasan, dan dengan kolaborasi bersama masyarakat keterbatasan tersebut bisa ditutupi.
Ia bertekad untuk terus menjaga kerjasama dengan komunitas pecinta alam di Lumajang dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan di Lumajang.
sumber: SIEJ