penanews.id, JAKARTA -Kepulangan Pimpinan Front Pembela Islam Rizieq Shihab setelah tiga tahun berada di Arab Saudi dinilai pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin membawa angin segar bagi keberlangsungan FPI. “Rizieq menjadi tokoh besar, FPI dengan sendirinya ikut besar,” kata Ujang melalui pesan teksnya, Jumat, 13 November 2020.
Rizieq tiba di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Selasa, 10 November disambut pengikutnya hingga di rumahnya di Jalan Paksi Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Kepulangan Rizieq Shihab ke Indonesia menyedot perhatian publik karena sejumlah kasus pernah membelitnya seperti penghinaan Pancasila, penodaan agama hingga tindakan asusila. Dugaan tindakan asusila yang menjerat Rizieq dilaporkan ke Polda Metro Jaya pada 29 Januari 2017.
Saat itu, Rizieq tersandung kasus chat mesum dengan Firza Husein. Saat polisi menyelidiki kasusnya, Rizieq berangkat umrah pada 26 April 2017, dan baru pulang Selasa kemarin.
Di luar kasus yang pernah membelitnya, menurut Ujang, kedatangan Rizieq kembali ke tanah air bakal membuat dinamika politik semakin dinamis. Menurut dia, Rizieq akan memperkuat barisan oposisi rakyat atau oposisi non-parlemen.
Rizieq diperkirakan bisa merepotkan pemerintah saat ini jika melakukan konsolidasi dengan oposisi lain. Menurut Ujang, kepercayaan rakyat terhadap pemerintah saat ini rendah. “Rendahnya kepercayaan publik itu menguntungkan Rizieq dan FPI.” Rizieq, kata dia, simbol perlawanan rakyat kepada pemerintah.
Kedatangan Rizieq juga dinilainya menguntungkan Gubernur DKI Anies Baswedan. Bahkan Anies langsung mendatangi kediaman Rizieq begitu pemimpin FPI itu tiba di rumahnya. “Kedatangan Anies itu menunjukan rasa hormat Anies kepada Rizieq, sekaligus juga butuh dukungan politik.”
Menurut Ujang, Rizieq mempunyai pengaruh politik terhadap kemenangan Anies pada Pilkada 2017. Dengan gerakan 212 yang dipeloporinya, Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon gubernur inkumben tumbang. “Wajar jika Anies langsung sowan ke Rizieq.”
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, mengatakan pertemuan Anies Baswedan dengan Rizieq Shihab bisa jadi akan meraup suara pemilih muslim dalam Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024. Lebih dari itu, Anies ingin menunjukkan kepada pubik soal kedekatannya dengan kelompok Islam.
Apalagi, dukungan organisasi Islam kepada Gubernur Anies Baswedan dalam Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada 2017 tampak vulgar. “Terlepas dari 2024, Anies sebenarnya ingin tetep memposisikan diri sebagai orang yang dipersepsikan dekat dengan kelompok-kelompok umat Islam terutama di Jakarta,” kata Adi.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan kedatangan Anies Baswedan ke rumah Rizieq adalah silaturahmi bersama warganya. Riza mengaku tidak tahu apa yang dibicarakan Anies dan Rizieq. Namun menurut politikus PKS itu tidak ada pembicaraan khusus antara keduanya. “Silaturahmi biasa saja, gak ada yang spesial.”
Setelah kembali ke markasnya di Petamburan, Rizieq menyampaikan sejumlah keterangan yang disiarkan akun YouTube Front TV. Dalam pidatonya, Rizieq menyatakan siap melakukan rekonsiliasi dengan pemerintah. Ia siap duduk bersama dan membuka pintu dialog dengan beberapa syarat.
“Kami siap rekonsiliasi, tapi stop dulu kriminalisasi ulama, stop dulu kriminalisasi para aktivisnya. Tujukkan dulu niat baik!” ujar Rizieq saat berceramah di Petamburan yang disiarkan di akun YouTube Front TV, Kamis, 12 November 2020.
Rizieq menjelaskan, pihaknya siap memberikan solusi terbaik untuk permasalahan yang saat ini sedang menimpa umat, bangsa dan negara, serta pejabat dan masyarakat. Pemerintah, kata dia, tinggal mengajukan waktu dan tempat untuk memulai dialog menuju rekonsiliasi itu.
“Buka dulu pintu dialognya, baru rekonsiliasi. Dialog itu penting, enggak boleh penguasa itu tangkap kanan-kiri, kriminalisasi,” kata Rizieq.
Salah satu yang akan diajukan dalam dialog itu adalah masalah penangkapan orang-orang yang mengkritik pemerintah yang dinilai Rizieq membuat kegaduhan tingkat nasional. “Justru kalau ada yang berbeda pendapat, pemerintah harus senang karena diberi opini kedua.” Para pengkritik, kata dia, punya solusi.
Menanggapi pernyataan Rizieq, Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko, mengaku bingung dengan ajakan rekonsiliasi itu. Menurut Moeldoko, hubungan Rizieq dan pemerintah baik-baik saja sehingga tidak diperlukan adanya rekonsiliasi.
Apanya yang harus direkonsiliasikan dengan Rizieq? “Dari awal kan beliau pergi-pergi sendiri. Lalu pulang, ya pulang saja,” ujar Moeldoko di kantornya, pada hari yang sama.
Menurut Moeldoko, yang diperlukan adalah saling memahami hak dan tanggung jawab masing-masing. “Negara itu melindungi semua. Jadi menurut saya, soal istilah rekonsiliasi itu, apanya yang mau direkonsiliasi? Kita kan dalam posisi baik-baik saja sebenarnya,” ujar dia.
sumber: tempo.co