Penanews.id, BANGKALAN – Peristiwa pilu yang dialami tiga orang pasien saat berobat di RSUD Syamrabu ini memang membuat hati siapa pun nyesek saat membacanya. Maka, tuntutan agar direktur rumah sakit milik pemerintah kabupaten itu dicopot terasa tidaklah berlebihan.
Kisah pertama dialami warga Desa Dabung, Kecamatan Geger yang anaknya meninggal di rumah sakit itu. Jenazah si anak terpaksa dibawa pulang dengan sepeda motor karena sewa ambulan begitu mahal yakni Rp 2,7 juta.
Kisah kedua dialami warga Dusun Tobelle yang mengalami lumpuh usai operasi sesar. Perempuan malang ini awalnya dibawa ke Dokter Hikmah namun tak berani ambil tindakan sehingga dirujuk ke RSUD Syamrabu. Setelah operasi, si pasien lumpuh total.
Peristiwa ketiga ini tak kalah pilu, dialami oleh warga Kombengan yang mengalami kecelakaan parah. Ketika sampai di UGD, perawat tak segera menangani diduga karena pasien BPJSBPJS, sehingga akan dirujuk ke Surabaya. Namun rujukan itu batal setelah keluarga korban beralih ke kategori pasien umum dan korban pun ditangani.
Tiga kisah pasien ini, dituturkan pendemo saat melurug gedung DPRD Bangkalan, Jumat, 6 Oktober 2020. Juga tertuang dalam rilis yang diterima media. Atas dasar itulah, mereka mendesak agar direktur RSUD Syamrabu dicopot.
“DPRD, sebagai wakil masyarakat, harus memaksimalkan fungsi kontrolnya, agar kasus serupa tak terjadi lagi,” kata pendemo.
Ketua DPRD Bangkalan, Mohammad Fahad yang menemui massa, berjanji akan memenuhi tuntutan pendemo dengan bersedia menandatangani tuntutan pendemo di atas kertas. Massa kemudian beralih ke Kantor Pemkab Bangkalan.
Sebelum meninggal gedung DPRD, massa memunguti aneka sampah yang berserakan di lokasi. Mulai dari botol air mineral hingga bungkus rokok.
Direktur RSUD Syamrabu dr Nunuk Kristiani menanggapi dengan tenang tuntutan pendemo agar dirinya dicopot. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada Bupati Bangkalan yang menangkatnya menjadi direktur.
“Saya tak masalah kalau dicopot. Semua terserah bapak bupati,” kata dia.
Soal kisah tiga pasien yang dituturkan pandemo. Nunuk mengatakan perlu mengecek dulu semua dokumen dan catatan medis masing-masing pasien karena masa kejadiannya telah lampau.
“Kami perlu mengumpulkan semuanya. Kita lihat dokumennya dulu. jadi saya gak bisa bicara detil tanpa melihat dokumen. karena pendapat awam soal medis, kadang berbeda dengan pendapat dokter,” ungkap dia.
EMBE