Penanews.id, BANGKALAN – Satu istilah buatan Bung Karno yang populer hingga saat ini adalah Jasmerah, akronim dari Jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Maka, Ikatan Mahasiswa Bangkalan (IMABA), tengah membentuk tim khusus untuk menyusun sejarah organisasi ini untuk kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku.
Ihwal buku ini terungkap Ketika Redaksi Penanews.id menjumpai Sekjen PC GP Ansor Kabupaten Bangkalan, Ali Musthofa, Ahad, 13 September 2020.
Hari itu, dia baru selesai mengisi seminar dan pelantikan pengurus Imaba Malang Raya periode 2020-2021.
Ali rupanya tahu betul bagaimana Imaba terbentuk pada 2003. Saat itu, dia menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Malang. Setahun kemudian dia terpilih Ketua Pertama Imaba. Jabatan ini ia emban hingga 2007.
Ada dua alasan lahirnya Imaba. Pertama, jumlah mahasiswa di Bangkalan cukup banyak, namun tidak terdata dengan baik. Maka, bersama Husni Syakur dan Nur Hasan, kini keduanya Anggota DPRD Bangkalan dan sejumlah mahasiswa lain, munculah ide membentuk organisasi sebagai wadah komunikasi.
Alasan kedua karena saat itu ada kekhawatiran akan dampak buruk dari berdirinya jembatan Suramadu. mereka tak mau, warga Bangkalan jadi pembantu di rumahnya sendiri.
“Waktu itu kami sepakat organisasi itu dinamai Forsimba ( forum silaturahim mahasiswa bangkalan,),” tutur Ali.
Ketika sedang gencar-gencarnya mau meresmikan Forsimba. Ali dan kawan-kawan bertemu dengan budayawan, dosen dan akademisi asal Madura di Malang, Salah satunya Ir Raden Muhalli.
Dari merekalah diketahui bahwa pada dekade tahun 70an, mahasiswa Bangkalan pernah membuat organisasi bernama Imaba. Ketimbang membuat organisasi baru, Ali dan kawan-kawan disarankan menghidupkan kembali Imaba.
“Kami akhirnya menerima masukan itu dan membentuk kembali Imaba yang sudah lama vakum. Alhamdulillah, imaba masih ada sampai sekarang,” ungkap dia.
EMBE