
Penanews.id, BANGKALAN – Di masa new normal setelah Pandemi Corona, ikan sedang jadi primadona. Jika aak-anak tengah menggandrungi ikan cupang, bapak-bapak tengah Gandrung beternak ikan lele.
Bila sedang gabut, Abdul Aziz akan pergi ke sebuah lahan di samping rumahnya. Di situ ada lima lingkar kolam berbahan terpal berisi lele siap panen.
“Isi sekitar dua belas ribu ekor,” kata Anggota Komisi D DPRD Bangkalan itu.
Tiap kali Aziz menabur pakan, air keruh yang tenang itu langsung beriak. Lele-lele usia 2,5 bulan itu berebut makanan. Suasana itu sangat disukai Aziz karena mampu mengalihkan pikiran dari persoalan-persoalan hidup yang rutin.
“Meihat ikan-ikan yang sehat sangat menyenangkan,” ujar dia.
Membuat satu kolam terpal itu biayanya Rp 1,3 juta, Sudah termasuk rangka besi beton sebagai penyangga. Satu kolam bisa diisi sekitar 1000 sampai 1500 ekor bibit lele.
Sampai dipanen usia 2,5 bulan, kebutuhan pakan sekitar tiga zak dengan harga Rp 300 hingga 350 ribu perak. Dimulai sejak bulan Ramadan lalu, Aziz telah merasakan hasil ternak lele itu.
Untuk bibit Aziz menyarankan membeli kepada pemerintah. Berdasar pengalamannya, kullalitas bibit lebih baik dibanding tempat lain meski harganya lebih mahal Rp 10 ribu timbang harga pasaran.
“Sekali panen, bisa hasil 2 sampai 2,5 juta,” kata dia.

Aziz tak bergerak sendirian. Sebagain Ketua PAC GP Ansor Socah, dia juga menggerakkan anggotanya untuk beternak lele. Dia yang menyediakan batuan bibitnya.
“Kolam terpal ini, sebenarnya bisa buat budidaya udang fannami bahkan bandeng,” kata dia.
Kendala Pemasaran
Meski menjanjikan dan ribet, kendala utama bisnis ini adalah pemasaran. Aziz mulai kesulitan menemukan pengepul, padahal lelenya telah melewati masa panen. Menjualnya secara eceran, juga bukan solusi untuk jangka panjang.
“Pemkab Bangkalan, harus mencari solusi pemasaran ini. Saya akan panggil dinas peternakan,” ungkap dia. EMBE