
Penanews.id, BANGKALAN – Sapardi Djoko Damono wafat hari ini 19 Juli 2020 dalam usia 80 tahun, di rumah sakit Eka Hospital BSD Tangerang. Dan tahun ini, hujan masih turun di bulan Juni, Bung.
14 Juni lalu, Endri Kurniati, Redaktur Tempo dan penulis buku “Kehidupan Kedua” mengunggah status di akun facebooknya: “Hujan Kepagian…. Alhamdulilah, Masih ada Hujan di Bulan Juni”.
Saya mengomentari status itu karena dengan mengingatkan bahwa Hujan Bulan Juni adalah salah satu antologi puisi Sapardi Djoko Damono.
Hujan Bulan Juni adalah karya paling terkenal penyair kelahiran Surakarta 1940. Dia menulis puisi yang diadaptasi ke dalam film pada 2012 itu, di rumah dinas dosen Universitas Indonesia pada 1989.
Dari jendela kamarnya ia memandang Situ Gintung, sebuah telaga di Tangerang Selatan yang tenang. Dan lahirlah puisi yang bersahaja ini.
Bagi saya, Hujan Bulan Juni adalah kalimat satir, sebab di tahun 1989 itu, sangat jarang hujan turun di Bulan Juni yang merupakan bulan peralihan dari penghujan ke kemarau.
Tapi kini, 21 tahun setelah puisi itu dibuat Sapardi, jadwal musim telah menjadi kacau akibat perubahan iklim. Suhu bumi yang kian panas akibat emisi membuat bulan Juni selalu basah oleh rinai hujan. Petir pun bergemuruh di musim yang salah.
Meski hujan bulan Juni fenomenal, saya lebih suka membaca antologi perahu kertas karena kata-kata yang terbaca begitu bersahaja. Simak puisi berjudul “Tuan” ini.
Tuan Tuhan, bukan? Tunggu sebentar,
saya sedang ke luar.
EMBE