Penanews.id, Bangkalan-Maraknya kasus kesusilaan di Kabupaten Bangkalan menodai kota yang beridentitas Kota Dzikir dan Sholawat. Pasalnya Bangkalan yang banyak melahirkan ulama-ulama terkemuka, dan di dalamnya banyak menjamur pesantren-pesantren rupanya belum bisa merepresentasikan sebagai kota religius yang kental dengan nilai moral.
Dalam Webinar yang dilaksanakan oleh Persatuan Mahasiswa Kokop (PMK) dengan mengangkat tema Edukasi Milenial demi Mewujudkan Bangkalan Beradab sebagaimana dituturkan ketua PMK bahwa acara itu bertujuan sebagai upaya penanggulangan agar kasus kesusilaan tidak terjadi kembali.
“Sebagai upaya penanggulangan dengan memberikan pendidikan, sosialisasi dan penyadaran kepada pemuda agar dapat terkontrol dan kejadian biadab itu tidak terulang kembali” Tuturnya.
Dalam Webinar tersebut diisi oleh Kiai Makki Nashir, Ketua PC NU Bagkalan, dan Mutmainnah, ketua sekaligus founder Muslimah Humanis Foundation (MHF).
Dalam sesi tanya jawab, ada pertanyaan menarik dari peserta atas nama akun Pendopo Pergerakan. Ia mempertanyakan terkait identitas Kota Dzikir dan Sholawat dengan situasi yang saat ini melanda Bangkalan. Pertanyaan tersebut diarahkan kepada Kiai Makki Nasir.
Menanggapi hal tersebut, Kiai Makki, menjelaskan bahwa dalam kehidupan, suatu keburukan merupakan keniscayaan. Maka, dalam Islam dinyatakan saat menemui keburukan maka respon yang semestinya adalah harus merubahnya sesuai kapasitas masing-masing.
“Jika menemukan keburukan di sekitar, maka kita harus merubahnya agar lebih baik sesuai kapasitas kita, pihak penegak hukum, menghukum dengan adil, pejabat publik dengan kebijakannya dan tokoh agama dengan fatwanya” Paparnya.
Terkait Kota Dzikir dan Sholawat, Kiai Makki menyatakan simbolisasi suatu tempat dengan simbol positif, selain mengambil dari nilai filosofis Bangkalan yang kental dengan nilai religius, dapat menjadikan Bangkalan dan warga Bangkalan menjadi jiwa yang bermoral dan religius.
Kiai Makki menganalogikan dengan sebuah kata bahwa setiap kata mempunyai tujuan maknanya masing-masing yang ingin dicapai.
“Ibarat kata, maka setiap kata mempunyai makna dan tujuannya masing-masing yang terpatrih dalam suatu harapan” Tukasnya.
Maka diakhir pemaparannya sebagai upaya penanggulangan, dia meminta untuk bersama-sama membenahi persoalan yang sedang melanda karena itu menjadi tanggung jawab warga Bangkalan pada umumnya.
“Untuk menanggulangi persoalan ini, kita harus bersama-sama memberikan edukasi, sosialisasi serta penyadaran baik kepada pemuda,dan yang tua sekali pun” Pungkasnya.
Syam