Penanews.id, Bangkalan-Maraknya kasus kesusilaan di Kabupaten Bangkalan baru-baru ini menjadi buah bibir publik. Pasalnya kota dengan identitas Kota Dzikir dan Sholawat, kota yang kental dengan nilai agamis rupanya di dalamnya banyak tindakan yang menyalahi norma agama.
Persatuan Mahasiswa Kokop (PMK) yang sejak awal terjadinya kasus Pemerkosaan seorang wanita anak satu asal Kokop dikawal secara ketat agar kasus tersebut diusut tuntas sampai ke akar-akarnya.
Tidak berhenti dalam mendorong dalam segi penegakan Hukum, di sisi lain PMK juga mendorong agar semua elemen ikut menanggulangi terjadinya kasus serupa di lain kesempatan. Oleh karenanya, mereka mengadakan Webinar dengan tema “Edukasi Pemuda Milenial demi Mewujudkan Bangkalan Beradab”.
Dalam Webinar tersebut diisi oleh ketua sekaligus Fouder Muslimah Humanis Foundation (MHS), Mutmainnah, dan Kiai Makki Nasir, Ketua PC NU Bangkalan.
Syamsul Hadi, ketua PMK menyampaikan atas maraknya kasus kesusilaan di Kabupaten Bangkalan menjadi tanda tanya besar. Kota yang notabenenya sebagai kota religius, bertika dan beradab lantas kenapa masih banyak sekali tindakan tidak manusiawi tersebut.
“Bangkalan sebagai kota religius, banyak melahirkan ulama-ulama besar, pesantren dan institusi pendidikan Islam yang menjamur dimana-mana, kenapa masih banyak sekali prilaku yang biadab itu?” Papar Syamsul, Sabtu (18/7/20).
Maka, lanjutnya, tujuan Diskusi Online tersebut sebagai upaya mengkampanyekan, memberikan edukasi dan pemahaman terhadap muda-mudi milenial.
“Perlu adanya penyadaran, edukasi untuk pemuda-pemudi milenial agar kejadian serupa tidak terulang kembali nantinya” Uangkapnya.
Pembicara Pertama, Kiai Makki Nasir memulia pembicaraannya dengan bercerita sejarah masa Rasulullah dimana dalam ajaran yang dibawa oleh Rasulullan, katanya, membawa semangat kesetaraan gender. Dia mengutip bagaimana kebiasaan jahilian anak perempuan yang baru lahir dikubur hidup-hidup kemudian setelah datangnya Islam tradisi tersebut dihapuskan.
“Jika kita cermati, sejarah kerasulan Nabi Muhammad serat akan adanya semangat kesetaraan gender, tanpa membedakan antara yang satu dengan yang lain kecuali dalam segi ketaatan dan ketaqwaanya kepada Allah” Paparnya.
Menanggapi persoalan kesusilaan di Bangkalan yang saat ini sangat marak, katanya, dalam kehidupan unsur negatif merupakan keniscayaan, ada yang baik dan ada yang buruk. Akan tetapi, menurutnya yang menjadi persoalan bilamana antara yang baik dan buruk itu dicampur adukkan.
“Unsur negatif dan positif dalam kehidupan merupakan keniscayaan. Yang menjadi persoalan kalau semisal kedua-duanya malah dicampur adukkan. Maka yang harus kita galakkan sekarang adalah bagaimana caranya agar keburukan tersebut tidak mendominasi” ucapnya.
Hal tersebut diamini oleh pembicara kedua, Mutmainnah. Bahwa dalam aspek sosial budaya orang Bangkalan mulai memudar, sehingga menjadi tugas bersama untuk mengetaskan persoalan tersebut.
“Maka solusinya, harus kembali menggalakkan budaya ngaji di surau, pengajian-pengajian atau dalam bentuk apa pun yang sekiranya memberikan asupan positif untuk muda-mudi di Bagkalan. Karena dengan memberikan edukasi, pendidikan muda-mudi akan lebih terkontrol. Dari pendidikan adab dan peradapan itu bisa diperoleh” Tuturnya.
Maka, lanjutnya, solusi dari persoalan besar tersebut tidak selesai pada tataran konseptual akan tetapi harus dibuktikan secara nyata dengan memberikan edukasi kepada para pemuda di setiap lapiran masyarakat.
“Biar ndak omong kosong, semua pembicaraan dari awal sampai akhir itu harus diimplementasikan secara nyata, kita berikan edukasi kepada setiap lapisan masyarakat. Ini menjadi tugas setiap organisasi setiap daerah masing-masing, baik organisasi kemahasiswaan, organisasi kepemudaan dan sebagainya” Tegasnya.
Syam