
penanews.id, JAKARTA – Di media sosial sempat beredar unggahan viral mengenai curahan hati seorang karyawan Jakarta dengan gaji Rp 20 juta. Ia mengeluh pengeluarannya hampir habis semua gaji ketika pendapatan dipotong setengah selama pandemi.
Baca Juga:
Dengan beban cicilan mobil dan KPR rumah, warganet tersebut minta bantuan sosial dari pemerintah karena sisa uang yang tersisa hanya Rp 500.000 per bulan. Pemotongan gaji hingga hilangnya mata pencaharian dialami sebagian orang selama pandemi COVID-19.
Bagaimana cara menghadapinya bila Anda mengalami nasib serupa? “Kurangi semua pengeluaran,” kata perencana keuangan Shinta Ratnamurti, Rabu 13 Mei 2020.
Tulislah semua pendapatan, aset dan pengeluaran sehari-hari secara merinci. Kemudian, evaluasi mana yang bisa dikurangi atau dihilangkan sama sekali. Pendapatan yang menurun harus dibarengi dengan pengeluaran yang dikurangi dan gaya hidup yang lebih sederhana.
Tak perlu membeli makanan lewat pesan antar yang relatif lebih mahal ketimbang masak sendiri. Anda bisa uninstall aplikasi belanja online bila termasuk orang yang mudah tergoda dengan iklan-iklan yang muncul di handphone. Jika punya dua pengasuh anak, kurangi pengeluaran dengan mempekerjakan satu orang.
Bila biaya sekolah anak memberatkan, cari jalan tengah dengan bernegosiasi dengan sekolah agar pembayaran bisa dicicil, misalnya, atau pindahkan anak ke sekolah yang biayanya lebih terjangkau.
Pastikan untuk mengomunikasikan perubahan ini dengan baik kepada anak secara baik agar buah hati bisa menerimanya secara positif.
“Untuk KPR, perlu restrukturisasi, begitu pun dengan kartu kredit,” kata dia.
Simpanan logam mulia dan dana darurat bisa dipakai untuk membiayai kebutuhan hidup. Pertimbangkan untuk menjual barang-barang yang bisa dikurangi.
Bila punya dua buah televisi, Anda bisa menjual salah satu. Atau jika punya dua jenis kendaraan, salah satu bisa dijual untuk menambah biaya hidup.
“Selama pandemi enggak bisa kemana-mana, kalau memang butuh banget bisa lepas kendaraan,” kata dia.
Sumber: tempo.co