Penanews.id, POLMAN – Pulang di masa pandemi corona, dari Kotabaru di Kalimantan Selatan ke Desa Pao-pao, Polewali Mandar, menjadi mimpi buruk bagi Hasmiati.
Sejak tiba 23 April lalu, bersama Adiknya Wandi juga Basri keponakannya. Ketiganya tinggal di sebuah gardu tak berdinding dan rapuh dalam hutan.
Baca Juga:
Warga Pao-pao menolak mereka pulang ke rumahnya karena khwatir membawa virus flu Wuhan itu. warga ingin mereka menjalani karantina mandiri selama 14 hari untuk memastikan ketiganya tak terjangkit virus yang menyerang sistem pernafasan itu.
Karena tak ada fasilitas khsusus karantina pemudik di Pao-pao, Hasmiati yang memahami kekhawatiran warga, memilih tinggal di tengah hutan berjarak dua kilometer dari desanya.
kompas.com yang memuat berita ini menggambarkan gubuk karantina itu sangat rapuh, kaki-kaki penyangga harus diberi batu agar tak reyot. atapnya dari terpal. aneka kain dipaku sebagai tirai agar saat malam dingin tak terlalu menusuk tulang.
Ketika kisah Hasmiati ini viral di medsos. Seorang penyuluh agama, Abdul Razak memutuskan mengunjungi mereka untuk kasih bantuan kebutuhan pokok dan air mineral.
“kondisi mereka memprihatinkan, jalan ke sana hanya setapak menanjak yang tak bisa dilalui sepeda motor,” kata Razak berbagi kisah.
Sejak 23 April itu, Hasmiati telah sepekan menjalani karantina hutan itu. Tinggal sepekan lagi mereka bertahan dan semoga warga tak berubah pikiran.
(EMBE)