Penanews.id, JAKARTA – Mahasiswa IPB yang terinfeksi virus corona pada 18 Maret 2020 telah sembuh. Tes terakhir pada 7 April 2020 menunjukkan ia negatif dari virus ini. “Ia menjalani isolasi dan perawatan di Jakarta,” kata Dodik Ridho Nurrohmat, Ketua Tim Crisis Center Covid019 IPB dalam rilisnya pada 7 April 2020.
Baca Juga:
Sejak awal, kata Dodik, begitu mengetahui ada mahasiswa positif corona, Crisis Center IPB berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota Bogor terkait protokol penanganan terhadap mahasiswa tersebut.
“Semua proses dibantu sepenuhnya oleh Dinas Kesehatan sampai yang bersangkutan diisolasi dan menjalani pengobatan sesuai dengan protokol yang berlaku,” kata Dodik.
IPB melakukan pelacakan orang-orang yang pernah kontak dengan mahasiswa tersebut, yang diduga terinfeksi virus corona dari ayahnya. Mereka yang sempat berkontak dengan mahasiswa ini di Bogor diwajibkan menjalani karantina mandiri. Menurut Dodik, semua mahasiswa, dosen, dan orang yang terdata berkontak dengan mahasiswa tersebut telah melewati masa karantina dalam kondisi sehat.
Secara nasional, tingkat kesembuhan pasien corona juga terus naik. Pada 1 April 2020, rasio pasien yang meninggal dan sembuh sebesar 1,65. Pada 7 April 2020, turun menjadi 0,92 dengan jumlah pasien yang sembuh sebayak 204 dari 2.738 pasien yang positif atau sebanyak 7,45%.
Jumlah pasien positif ini merupakan deteksi dari pemeriksaan sebanyak 9.700 spesimen. Dari jumlah tersebut pasien yang meninggal sebanyak 221 orang atau tingkat kematian 8,07%. Jumlah kematian masih lebih tinggi dibanding jumlah mereka yang sembuh, meskipun angka pasien yang sembuh di Indonesia jauh lebih rendah dibanding angka kesembuhan di dunia sebanyak 21,1%.
Menurut catatan Worldometers pada 8 April 2020, dari 1.431.706 yang terinfeksi sebanyak 302.150 yang sembuh. Sementara yang meninggal sebanyak 82.080 orang.
Menurut para ahli, tingkat kematian berhubungan dengan jumlah tes virus corona. Semakin banyak orang yang dites, rasio kematiannya juga semakin rendah. Indonesia termasuk negara yang paling rendah dalam mengetes spesimen dibanding jumlah populasi. Rasionya hanya 5 orang per 100.000 jiwa, lebih rendah dibanding Kenya dan India, dan hanya satu tingkat lebih tinggi dibanding Nigeria, Bangladesh, dan Ethiopia.
Negara paling tinggi tes corona adalah Jerman sebanyak 10.962 per 1 juta jiwa dengan jumlah tes sebanyak 918.460 spesimen. Italia menjadi negara nomor dua yang paling banyak menjalankan tes corona, sebanyak 657.224 dengan rasio 10.870 per 1 juta jiwa.
Di Italia, jumlah kesembuhan juga naik setelah serangan terbesar pada awal Februari 2020 terutama di Kota Lombardy dan Veneto. Kini, setelah dua bulan pandemi dan sebulan setelah diberlakukan karantina wilayah, tingkat kematian kedua kota itu berbeda jauh.
Lombardy menjadi kota dengan tingkat kematian pasien corona tertinggi di Italia, sebesar 17,6%. Sementara Vaneto terendah, sebesar 5,6%.
Kepada Financial Times, para dokter dan ahli epidemiologi di sana menuturkan bahwa di Vaneto masyarakat yang dinyatakan positif corona tidak banyak yang mendatangi rumah sakit untuk isolasi dan dirawat. Mereka menjalani isolasi mandiri secara disiplin dan menjalankan protokol penyembuhan wabah ini.
Vaneto adalah kota di Italia dengan penduduk sebanyak 4,9 juta. Dari 10.824 orang yang dinyatakan positif terinfeksi corona—dari 133.289 tes spesimen—sebanyak 607 orang meninggal atau 5,6%, separuhnya dari angka kematian akibat corona di Italia sebesar 12,6%.
Di Lombardy, jumlah orang yang positif corona dan dirawat di rumah sakit sebanyak 65%. Sementara di Veneto, kata Giorgi Palù, ahli virologi yang menjadi penasihat pemerintah Kota Veneto, hanya 20%.
Palù juga mengobservasi 60 dokter yang meninggal yang mayoritas bekerja di rumah-rumah sakit Lombardy. “Kami mempelajari bahwa rumah sakit mungkin jadi sumber pembawa virus Covid-19,” katanya.
Di Indonesia, menurut catatan Ikatan Dokter Indonesia hingga 5 April 2020, ada 18 dokter meninggal selama pandemi. Sementara Persatuan Perawat Nasional Indonesia melaporkan enam perawat meninggal selama wabah.
artikel asli bisa dibaca di : forestdigest.com