
Penanews.id, BANGKALAN – Semenjak virus corona masuk ke Indonesia pertama kali pada 2 Maret lalu, dengan pasien pertama ibu dan anak asal Depok, Banyak lembaga pemerintah dan lembaga swadaya melakukan penyemprotan cairan disinfektan di tempat publik seperti masjid dan sekolah.
Harga cairan pembasmi kuman dan virus yang mahal ini, tak menghalangi pengurus dan anggota PAC GP Ansor Socah, Bangkalan untuk menggelar kegiatan serupa, Minggu, 29 Maret 2020.
Sebab, cairan disinfektan bisa dibuat cairan pemutih pakaian dana pembersih lantai yang dicampur air. Rumusnya adalah 1 banding 9. 1 liter cairan pemutih, dicampur dengan 9 liter air biasa.
Singapura adalah negara pertama yang membuktikan bahwa disinfektan mampu membunuh virus dan bakteri di permukaan benda termasuk virus flu wuhan. Pencegahan corona dengan disinfektan ini kemudian banyak diadopsi negara lain termasuk Indonesia.
Penyemprotan disinfektan oleh GP Ansor di Socah difokuskan pada masjid dan madrasah, mulai dari Desa Keleyan, Jaddih, Bilaporah hingga Petahana.
Dua lokasi itu dipilih, semata karena Ketua PAC GP Ansor Socah, Abdul Aziz tak setuju jika kegiatan salat jumat sampai ditiadakan karena pandemi corona.
“Saya lebih setuju cara yang dilakukan takmir Masjid Agung Sumenep. Kegiatan ibadah tetap berjalan, yang penting setiap jamaah disemprot cairan disinfektan sebelum masuk masjid,” Tutur dia.

Warga Minta Rumahnya Juga Disemprot
Kegiatan Ansor ini rupanya mendapat respon positif dari masyarakat. Setelah menyemprot masjid dan madrasah, banyak warga yang meminta seluruh sisi rumahnya tutur disemprot.
“Karena banyaknya permintaan, kami pasti agendakan lagi penyemprotan ke rumah-rumah warga,” ujar Aziz yang juga Anggota DPRD Bangkalan.
Kabupaten Bangkalan sampai saat ini masih zero Corona. Meski begitu, data orang dalam risiko (ODR) sangat tinggi. Satgas Covid 19 mencatat jumlahnya 1.885 orang dan sebagian besar perantau.
Sedang jumlah orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 133 orang dan PDP 1 orang. Satu pasien PDP ini diketahui warga Kecamatan Klampis yang baru pulang dari Afrika Selatan dan menderita demam tinggi.
Setelah menjalani isolasi selama 10 hari sejak 17 Maret, ia meninggal pada pukul 01.00 wib Jumat (27/3). Ketua Satgas Covid 19 Bangkalan Setidjabudhi memastikan dari hasil uji swap dipastikan negatif corona. Penyebab meninggal disebut karena demam berdarah akut. (EMBE)